Suara.com - Serbuan digital dari Brasil mengguncang akun-akun media sosial pemerintah Indonesia. Dari Instagram Badan SAR Nasional (Basarnas) hingga Presiden Prabowo Subianto, ribuan komentar marah dan sedih membanjir, menuntut jawaban atas kematian Juliana Marins, pendaki yang tewas setelah terperosok di Gunung Rinjani pada Sabtu (21/06).
Kritik mereka tajam dan menusuk: "Mengapa proses evakuasi Juliana berlangsung lambat?" dan "Kenapa helikopter lama dikerahkan?". Puncaknya adalah tudingan yang paling menyakitkan: "Juliana meninggal bukan karena jatuh, tapi karena dibiarkan terlalu lama".
Disitat dari laman BBC berjudul "Mengapa perlu waktu berhari-hari mengevakuasi WNA Brasil di Gunung Rinjani?", kemarahan ini diamini oleh pihak keluarga yang kini bersumpah akan mencari keadilan. Melalui sebuah akun Instagram yang didedikasikan untuk Juliana, mereka menyuarakan kepedihan mereka.
"Juliana mengalami kelalaian yang sangat besar dari tim penyelamat. Jika tim penyelamat berhasil menyelamatkannya dalam waktu yang diperkirakan tujuh jam, Juliana pasti masih hidup," tulis akun @resgatejulianamarins.
"Juliana pantas mendapatkan yang lebih! Sekarang kami akan mencari keadilan untuknya, karena memang itulah yang pantas ia dapatkan!"
Berangkat dari tudingan serius ini, terkuaklah sejumlah masalah fundamental dalam sistem keselamatan dan penyelamatan di salah satu gunung terpopuler di Indonesia.
Mengapa Berhari-hari? Jawaban Ahli vs Pemerintah
Juliana jatuh ke jurang di titik Cemara Nunggal sekitar pukul 06.30 WITA, Sabtu. Laporan awal dan sejumlah video yang beredar menunjukkan ia masih hidup setelah jatuh. Namun, ia baru dinyatakan meninggal pada Selasa (24/06) dan jasadnya baru berhasil dievakuasi keesokan harinya. Mengapa butuh waktu begitu lama?
Para pendaki senior dan pegiat alam menunjuk pada tiga masalah kronis:
Baca Juga: 'Neraka' di Rinjani: Pakar Ungkap Kombinasi Maut Gas Beracun-Suhu Ekstrem Tewaskan Pendaki Brasil
1. Peralatan Terbatas dan Jauh dari Lokasi:
"Kasusnya sama, jatuh ke jurang. Itu sudah berkali-kali. Artinya kita perlu alat-alat mountaineering yang lengkap, tersedia di titik rawan," kata pendaki senior, Ang Asep Sherp.
Ia menyoroti lambatnya respons karena tim harus mengambil peralatan dari bawah. Hal ini diamini oleh Mustaal, penyelenggara pendakian lokal. "Ternyata talinya kurang panjang, dan ambil alatnya dari bawah, bahkan ada yang dibawa dari Mataram," katanya.
2. Ketiadaan Tim Penyelamat Siaga:
Galih Donikara, pendaki senior lainnya, mengkritik tidak adanya tim penyelamat yang siaga di pos-pos rawan, terutama saat musim ramai.
"Penting adanya ketersediaan tim rescue yang sudah terkoordinasi dengan baik, yang juga mestinya berjaga di sekitar lokasi-lokasi yang berpotensi bahaya," kata Galih.
3. Cuaca Sebagai Alasan Klasik:
Berita Terkait
-
'Neraka' di Rinjani: Pakar Ungkap Kombinasi Maut Gas Beracun-Suhu Ekstrem Tewaskan Pendaki Brasil
-
Warganet Brasil Geram! Gunung Rinjani Dihujani Review Bintang 1 Imbas Tewasnya Juliana Marins
-
Siapa Juliana Marins, Warga Brasil yang Tewas di Gunung Rinjani? Sosok Petualang dan Suka Menjelajah
-
Berlangsung Dramatis di Tebing, Tim Relawan Tidur Semalam Bersama Jasad Juliana Marins
-
Menginap di Jurang Demi Jasad Pendaki Brasil: Kisah Heroik Relawan Rinjani yang Menyentuh Hati
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Pemain Keturunan Jerman-Surabaya Kasih Isyarat Soal Peluang Bela Timnas Indonesia
Terkini
-
Tangis Haru 32 Tahun: Kisah Marsinah, Buruh Pabrik yang Dibunuh, Kini Jadi Pahlawan Nasional
-
Terungkap! Sebelum Ledakan di SMAN 72, Pelaku Tinggalkan Pesan Misterius di Dinding Kelas
-
Ironi Pahlawan Nasional: Marsinah, Korban Orde Baru, Kini Bersanding dengan Soeharto
-
Apa Risiko Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto?
-
KPK Soal Kasus Whoosh: Ada yang Jual Tanah Negara ke Negara
-
Komnas Perempuan Usulkan Empat Tokoh Wanita Jadi Pahlawan Nasional
-
Pemprov DKI Bakal Ganti Nama Kampung Ambon dan Bahari, Stigma Negatif Sarang Narkoba Bisa Hilang?
-
Hanya 8 Persen Perempuan Jadi Pahlawan Nasional, Komnas Perempuan Kritik Pemerintah Bias Sejarah
-
Kisah Rahmah El Yunusiyyah: Pahlawan Nasional dan Syaikhah Pertama dari Universitas Al-Azhar
-
Panggil Dasco 'Don Si Kancil', Prabowo Ingatkan Kader: Manusia Mati Meninggalkan Nama