Suara.com - Sebuah fenomena tak biasa menyelimuti Bekasi awal pekan ini, mengubah julukan 'planet terpanas' menjadi 'Bekaswiss'. Kabut tebal dan udara dingin yang tiba-tiba datang membuat jagad maya heboh, memicu perdebatan sengit: ini kabut sejuk atau polusi berbahaya?
Warganet di platform X berlomba-lomba membagikan potret daerah mereka yang diselimuti kabut. Istilah 'Bekaswiss' pun viral dalam sekejap, menggambarkan suasana yang tak pernah terbayangkan sebelumnya di kota industri ini.
“Bekasi bukan rasa Bogor lagi ini. Bekasi rasa Jatinangor di pagi hari, berkabut cuyy. #Bekaswiss,” cuit akun @iba***, menggambarkan suasana yang tak lazim.
“Gokil! Aku suka Bekasi yang kayak gini. Kata orang-orang, hari ini Bekasi jadi Bekaswiss,” celoteh akun @easywinnys***.
Di tengah kebingungan publik, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akhirnya angkat bicara. Ketua Tim Prediksi Cuaca, Ida Pramuwardani, memastikan bahwa fenomena ini adalah kabut, bukan polusi.
“Ini terjadi karena suhu permukaan udara yang dingin, sekitar 23–25 derajat Celcius, ditambah kelembapan tinggi yang membuat uap air terkonsentrasi di permukaan dan membentuk kabut,” papar Ida Pramuwardani dikutip dari RRI (30/6/2025).
“Kami memang terus memantau kualitas udara, tapi dari parameter cuaca yang ada, ini memang kabut,” tambah Ida, menepis kekhawatiran warga.
Namun, di balik sejuknya 'Bekaswiss', BMKG menyimpan peringatan serius. Fenomena ini ternyata menjadi pertanda datangnya potensi cuaca ekstrem.
Melalui akun Instagram resminya, @infobmkg, lembaga ini meminta warga Bekasi untuk waspada penuh terhadap potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat yang diperkirakan melanda mulai 30 Juni hingga 2 Juli 2025.
Baca Juga: Goodbye Jawa Barat? 5 Provinsi Baru Siap Lahir, Kota Bandung dan Bekasi Bakal Pindah 'Rumah'
Warga diimbau untuk bersiap menghadapi kemungkinan banjir, kemacetan parah, hingga gangguan listrik dan komunikasi yang bisa menyertainya.
Berita Terkait
-
Evakuasi Dramatis Pendaki Brasil di Rinjani Terhambat Kabut, 48 Personel Dikerahkan
-
Cucu Bupati Bekasi Nyesal Pilih Dedi Mulyadi, Doakan Cuma 1 Periode
-
Heboh Dedi Mulyadi Disiram Air di Bekasi: Pelakunya Tukang Bangunan, Isi Tasnya Penuh Jimat
-
Surga di Telapak Kaki Ibu Ternoda: Demi Motor Pinjaman, Anak di Bekasi Tega Aniaya Ibu Kandung
-
Pramono Bakal Tambah Lagi Rute Transjabodetabek, Kini Bekasi-Dukuh Atas
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Sepekan Lebih Kritis, Siswa SMP Korban Bullying di Tangsel Meninggal Usai Dipukul Kursi
-
Percepat Penanganan, Gubernur Ahmad Luthfi Cek Lokasi Tanah Longsor Cibeunying Cilacap
-
Ribuan Peserta Ramaikan SRGF di Danau Ranau, Gubernur Herman Deru Apresiasi Antusiasme Publik
-
Heboh Pakan Satwa Ragunan Dibawa Pulang Petugas, Pramono Membantah: Harimaunya Tak Keluarin Nanti
-
Jejak Karier Mentereng Mayjen Agustinus Purboyo, Kini Pimpin 'Pabrik' Jenderal TNI AD Seskoad
-
Apa Ketentuan Pengangkatan Honorer PPPK Paruh Waktu 2025? Ini Aturan KemenpanRB
-
Pramono Ungkap Fakta Baru Buntut Ledakan SMAN 72: Banyak Siswa Ingin Pindah Sekolah
-
Aksi Heroik 10 Anjing Pelacak K9, Endus Jejak Korban Longsor Maut di Cilacap
-
Finish 10K BorMar 2025 dalam 81 Menit, Hasto Kristiyanto Lampaui Capaian Pribadi: Merdeka!
-
Sriwijaya Ranau Gran Fondo 2025 Tegaskan Seruan Gubernur Herman Deru: Jaga Alam Demi Pariwisata