Suara.com - Pemerintah Indonesia didesak untuk mempercepat penunjukan duta besar untuk Amerika Serikat setelah posisi krusial itu kosong selama dua tahun. Desakan ini menguat di tengah keputusan Presiden Donald Trump untuk memasang tarif 32% ke Indonesia, sebuah ancaman yang bisa melumpuhkan perdagangan.
Dalam sebuah surat kepada Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, yang diunggah di media sosial Truth Social, Senin (07/07), Trump secara gamblang menyatakan AS akan mempertimbangkan penurunan tarif jika hambatan perdagangan dari Indonesia ke AS dihapus total.
"Kami mungkin akan mempertimbangkan penyesuaian terhadap isi surat ini. Tarif ini dapat dimodifikasi naik atau turun, tergantung pada hubungan kami dengan negara Anda," tulis Trump dalam suratnya.
Ancaman tidak berhenti di situ. Trump juga memperingatkan negara-negara yang bergabung dengan BRICS dan menentang kepentingan AS akan dikenakan tarif tambahan 10%.
Para pengamat hubungan internasional menilai situasi ini sebagai puncak dari kegagalan diplomasi Indonesia, yang diperparah oleh ketiadaan perwakilan resmi di Washington DC.
"Penunjukan duta besar untuk AS harus diakselerasi agar [pemerintah] dapat bekerja lebih cepat," ujar pengamat hubungan internasional dari Universitas Parahyangan, Idil Syawfi, sebagaimana diwartakan BBC Indonesia, Selasa (08/07).
Senada, pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, menegaskan kekosongan ini tidak bisa dibiarkan lebih lama. "Bagaimanapun posisi itu terlalu strategis, terlalu penting untuk dikosongkan lebih lama," tegas Dinna.
Negosiasi Buntu, Diplomasi Gagal?
Selama tiga bulan terakhir, pemerintah Indonesia telah mengirimkan tim negosiasi ke Washington DC, namun hasilnya nihil. Batas waktu negosiasi yang berakhir 9 Juli kini diperpanjang hingga 1 Agustus 2025, namun ancaman tarif 32% tidak berkurang sedikit pun.
Baca Juga: Komisi I DPR Soal Tarif Trump: Masih Bisa Buka Ruang Negosiasi Ulang
"Dengan tidak berkurangnya tarif yang diterapkan kepada Indonesia, menunjukkan negosiasi yang dilakukan gagal atau tidak menarik bagi AS," ujar Idil.
Menurutnya, strategi Indonesia yang menawarkan pembukaan pasar hingga deregulasi tidak menyentuh akar masalah: defisit perdagangan dengan AS. "Jika dibandingkan dengan Kamboja dan Vietnam yang berhasil menurunkan tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, walaupun defisit perdagangannya sangat besar, menunjukkan mereka berhasil melakukan diplomasi kepada AS," ujarnya.
Dilema Calon Dubes dan Ancaman BRICS
Di tengah krisis ini, Presiden Prabowo Subianto telah mengusulkan mantan Menko Kemaritiman, Dwisuryo Indroyono Soesilo, sebagai calon Dubes RI untuk AS. Namun, Indroyono sendiri masih enggan berkomentar banyak.
"Yang itu jangan saya jawab dulu, ya? Saya, kan, belum ke sana. Saya belum bisa terlibat," ujar Indroyono ketika dihubungi BBC News Indonesia pada Senin (07/07) petang.
Para pengamat pun menyoroti profil Indroyono. Keahliannya di bidang maritim dinilai tidak sejalan dengan pekerjaan rumah utama saat ini yang menuntut kepakaran ekonomi. Dinna Prapto Raharja bahkan mempertanyakan kecocokan gaya Indroyono yang dikenal "santun sekali" untuk berhadapan dengan Trump yang kerap menciptakan ketidakpastian.
Berita Terkait
-
Komisi I DPR Soal Tarif Trump: Masih Bisa Buka Ruang Negosiasi Ulang
-
Soal Tarif Trump, Istana: Tim Negosiasi Sudah di Washington DC, Airlangga Menyusul dari Rio
-
BEI Pede Tarif Trump Tak Beri Dampak Serius ke Pasar Saham
-
Trump Kenakan Tarif Impor 32 Persen untuk Indonesia, Ancam Lakukan Hal Ini Jika Dibalas!
-
Begini Isi Surat Trump ke Prabowo, Tarif 32 Persen Berlaku 1 Agustus
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Sekolah Rakyat di Situbondo Tetap Jalan 2026, Bupati Tegaskan Tidak Sepi Peminat
-
Terkunci dalam Kamar Saat Kebakaran, Pria ODGJ Tewas di Tambora
-
Bahasa Inggris Jadi Mapel Wajib SD-SMA Mulai 2027, Kemendikdasmen Siapkan Pelatihan Guru Massal
-
Komisi XIII DPR Dorong Kasus Konflik TPL di Danau Toba Dibawa ke Pansus Agraria
-
Jakpro Siapkan Kajian Teknis Perpanjangan Rute LRT Jakarta ke JIS dan PIK 2
-
'Apapun Putusannya, Kami Hormati,' Sikap Kejagung di Ujung Sidang Praperadilan Nadiem Makarim
-
Detik-detik Gempa Dahsyat di Filipina, Alarm Tsunami Aktif Buat Sulut dan Papua
-
Menko Zulkifli Hasan Panen Ayam Petelur, Apresiasi PNM Bangun Ketahanan Pangan Desa
-
Seskab Teddy Sampaikan Santunan dari Prabowo untuk Keluarga Prajurit yang Gugur Jelang HUT ke-80 TNI
-
Terungkap! Ini 'Dosa' Eks Kajari Jakbar yang Bikin Jabatannya Lenyap