Suara.com - Kasus bunuh diri siswa kelas X di salah satu SMA negeri di Garut, Jawa Barat, viral di media sosial. Korban diduga melakukan aksi nekat itu karena tak tahan menjadi korban bully di sekolahnya.
Tidak hanya teman sekelas, korban juga diduga dibully oleh gurunya. Dalam chat WA yang diposting ibu korban di Instagram, diketahui korban pernah dimarahi oleh guru fisika di depan teman sekelas.
Ibu guru itu disebut memarahi korban secara kelewatan hingga membuat korban malu. Hal itu menambah rasa frustrasi korban. Alhasil guru fisika yang diduga ikut membully korban itu dihujat netizen di media sosial.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turun tangan menangani masalah ini. Dia memanggil pihak sekolah dan pihak orang tua korban.
Salah satu pihak sekolah yang ikut menghadap Dedi adalah guru fisika yang diduga ikut membully korban. Dedi lalu meminta klarifikasi dari guru tersebut.
Guru itu membantah telah membully dan memarahi korban. Ia menceritakan awalnya korban tidak menyelesaikan tugas yang diberikan.
Guru tersebut lalu memberi kesempatan kepada korban dan beberapa siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya untuk mengumpulkan tugas di pertemuan berikutnya.
Di pertemuan ketiga, korban tidak juga menyelesaikan tugas. Guru fisika itu lalu bertanya mengapa korban tidak menyelesaikan tugas.
Korban menurut guru tersebut, beralasan tangannya suka keringetan terus suka gatel-gatel sehingga sulit untuk menulis.
Baca Juga: Polisi Periksa WO hingga Satpol PP, Siapa Bertanggung Jawab Tragedi Maut di Pesta Anak KDM?
"Saya hanya bertanya itu bukan di depan kelas Pak, berhadapan di meja guru, tidak teriak-teriak, ngobrol biasa seperti itu. Ya udah lain kali belajarnya lebih rajin, sudah seperti itu," ujar guru fisika dikutip dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel.
Sebenarnya kata si guru, korban tidak memiliki masalah saat semester 1. Nilainya pun tuntas. Masuk semester 2, korban mulai jarang mengumpulkan tugas.
"Di akhir pembelajaran ada dia masuk yang akhir-akhir itu menyusul. Jadi, Pak ya, jadi tidak tepat waktu ketika ada pemberian tugas. Ada dari delapan dia cuman masuk tiga tugas yang masuk," kata bu guru.
Bu Guru ini lalu mengirim pesan lewat WhatsApp (WA) ke wali kelas korban meminta agar memberitahu korban untuk mengumpulkan tugas.
Wali kelas menghubungi orang tua korban namun tidak ada respons. Sampai akhirnya pada rapat pleno guru, nilai fisika korban tidak berubah.
Korban lalu dinyatakan tidak naik kelas karena nilai dari tujuh mata pelajaran tidak tuntas. Saat memasuki tahun ajaran baru, korban memutuskan mengakhiri hidupnya di rumahnya di Garut.
Berita Terkait
-
Polisi Periksa WO hingga Satpol PP, Siapa Bertanggung Jawab Tragedi Maut di Pesta Anak KDM?
-
Viral Guru Ngaji Digaji Rp450 Ribu Dihukum Bayar Rp12,5 Juta Gara-gara Disiplinkan Murid
-
Pesta Nikah Berujung Maut Anak Dedi Mulyadi Diambil Alih Polda, EO Jadi Target Utama?
-
3 Orang Tewas, Pengakuan Janggal Dedi Mulyadi Soal Pesta Rakyat di Pernikahan Anaknya Disorot
-
Ramai di Medsos, 7 Fakta Kelam Siswa SMAN Garut Bunuh Diri: Kepala Sekolah Dicopot
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
Terkini
-
Eks Pejabat Pertamina Sebut jika Terminal OTM Setop Beroperasi, Distribusi Energi Terganggu
-
Eks Pejabat Pertamina Akui Tak Punya Bukti, Intervensi Riza Chalid Ternyata Cuma Asumsi
-
Studi Ungkap Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sejak Awal Tak Layak: Pelajaran Mahal untuk Indonesia
-
Data Kelam Amnesty International: 5.538 Korban Kekerasan Aparat di Tahun Pertama Prabowo
-
Amnesty Catat Peningkatan Pelanggaran HAM di Era Prabowo-Gibran, Korban Terbanyak Jurnalis
-
Terungkap di Sidang: 'Utusan' Riza Chalid Datangi Rumah Direktur Pertamina
-
Anggaran Bansos 2025 Meningkat Drastis Jadi Rp110 Triliun, Sasar Jutaan Penerima Baru
-
Bukan Pidato Biasa, Bahlil 'Roasting' Tipis-tipis Petinggi Golkar Pakai Gaya Prabowo
-
Di Balik Layar Kementerian Haji dan Umrah, Presiden Prabowo Ungkap Alasan Sebenarnya
-
Ridwan Kamil Tutup Pintu Damai! Lisa Mariana Terancam Dipenjara?