Suara.com - Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi NasDem, Rudianto Lallo, mengkritik keras Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang seolah sengaja membiarkan tindak pidana korupsi terjadi, demi sebuah "drama" penangkapan.
Dalam rapat kerja Komisi III DPR RI bersama pimpinan KPK di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025), ia secara blak-blakan menyebut metode Operasi Tangkap Tangan (OTT) berpotensi menjadi alat pukul untuk kepentingan politik tertentu.
Kritik tajam ini dipicu oleh pengalaman partainya saat KPK melakukan OTT terhadap Bupati Kolaka Timur Abdul Aziz, bertepatan dengan penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai NasDem.
"Saya termasuk ikut serta dalam press conference atas pemberitaan yang menurut hemat kami, itu juga mengusik lah. Karena ada forum Rakernas, yang kemudian muncul berita ada Bupati Koltim di OTT. Sementara yang bersangkutan sedang ada di Makassar dalam forum Rakernas," kata Rudianto di hadapan Ketua KPK, Rabu (20/8/2025).
Rudianto menggugat keras metode KPK yang seolah lebih memilih menangkap daripada mencegah.
Dengan basis penyadapan, ia menuding KPK bisa menjadikan banyak kepala daerah sebagai "mangsa" jika tujuannya hanya untuk mencari-cari kesalahan.
"Kalau ini dilakukan ke seluruh kepala daerah atau pejabat, akan banyak mangsa ini, Pak, akan banyak mangsa, Pak!" tegasnya.
"Itu makanya selalu saya katakan, mencari-cari kesalahan itu tidak dibenarkan, Pak. Menemukan kesalahan, yes. Karena itu, bukankah berarti KPK melakukan pembiaran, Pak?" sambungnya.
Ia mempertanyakan mengapa KPK tidak melakukan intervensi pencegahan terlebih dahulu sebelum sebuah OTT terjadi, yang pada akhirnya memunculkan persepsi adanya "festivalisasi" atau drama dalam penegakan hukum.
Baca Juga: Ada Dugaan Kerugian Negara di Kasus Tambang Nikel, OC Kaligis Minta KPK Turun Tangan
Lebih jauh, Rudianto menyuarakan kekhawatiran terbesar dari panggung politik, di mana KPK digunakan sebagai alat kekuasaan.
"Karena kita tidak mau KPK dicap, muncul persepsi di masyarakat, KPK dijadikan alat pukul kepentingan tertentu. Untuk memukul misalnya partai politik, NasDem lagi beracara Rakernas, cara mendongkel NasDem, tangkap kepala daerah," ungkapnya.
Mengutip Bung Hatta, ia mengingatkan bahwa negara akan rusak jika penegak hukum dijadikan alat politik.
"Sebagai anak bangsa dan mitra KPK, saya hanya bisa mengingatkan untuk tidak betul-betul kasus yang diselidiki atas nama masyarakat, murni kasusnya hukum," katanya.
Sebagai penutup, ia mengungkit pernyataan kontroversial pimpinan KPK, Johanes Tanak, saat fit and proper test yang juga tidak setuju dengan istilah "operasi" tangkap tangan karena terdengar seperti praktik kedokteran, mengisyaratkan bahwa kritik terhadap metode KPK bukan hal baru.
Berita Terkait
-
Hukuman Bupati Pati Bisa Diringankan jika Terbukti Korupsi, Warganet Bandingkan dengan Maling Motor
-
Diduga Terima Suap Rp 60 Miliar Buat Bebaskan Koruptor Sawit, Eks Ketua PN Jaksel Disidang Hari Ini
-
Bebas dari Penjara, Kekayaan Setya Novanto Tembus Ratusan Miliar!
-
Wamenkum Eddy Hiariej Bicara Berantas Korupsi: Bukan Seberapa Banyak Penindakan, Tapi....
-
KPK Sita Aset Milik Tersangka Dugaan Pemerasan TKA di Kemnaker
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Malaysia Ikut Buru Riza Chalid, Benarkah Buronan Kakap Ini Benar Jadi Menantu Keluarga Sultan?
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny Telan Puluhan Nyawa Santri, Ini Perintah Tegas Prabowo ke Menteri-Gubernur
-
Terjatuh Saat Terjun Payung di Rangkaian HUT TNI, Praka Marinir Zaenal Mutaqim Meninggal Dunia
-
BNPB Ungkap Kendala Evakuasi Santri Al Khoziny: Satu Beton 'Jebakan' Ancam Runtuhkan Sisa Gedung
-
Paspor Dicabut, Riza Chalid dan Jurist Tan Kini Berstatus Tanpa Negara, Bisa Lolos dari Jerat Hukum?
-
Kronologi Gugurnya Prajurit Elite Marinir Praka Zaenal, Parasut Mengembang Namun Takdir Berkata Lain
-
Tragedi Jelang HUT TNI, Prajurit Intai Amfibi Praka Zaenal Gugur Dalam Insiden Terjun Payung
-
Prabowo Perbarui Aturan Seleksi Pemimpin TNI, Utamakan Kompetensi Ketimbang Senioritas
-
Update Tragedi Ponpes Al Khoziny: 23 Jasad Ditemukan dalam 24 Jam, Total Korban Tewas Jadi 39 Orang
-
Bangunan Ponpes Al Khoziny Ambruk, Prabowo Minta Cek Semua Infrastruktur Pesantren!