- Amnesty menuntut pengusutan tuntas kekerasan aparat terhadap demonstran di Papua
- Unjuk rasa terkait penolakan pemindahan persidangan aktivis Papua berujung luka dan kematian.
- Amnesty minta pendekatan dialog dan pembebasan aktivis politik Papua dari tuntutan hukum.
Suara.com - Amnesty Internasional Indonesia menuntut pengusutan tuntas kekerasan, yang dilakukan aparat di Papua terhadap masyarakat sipil yang menggelar aksi unjuk rasa.
Dilaporkan seorang warga mengalami luka diduga ditembak aparat pada aksi unjuk rasa di Sorong, Papua Barat Daya pada 27 Agustus 2025.
Sementara pada unjuk rasa di Manokwari, Papua Barat yang berlangsung pada 28 Agustus menewaskan seorang warga.
"Kami mengutuk secara keras brutalitas aparat keamanan dalam aksi demonstrasi di Sorong dan Manokwari," kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid lewat keteranganya kepada Suara.com, Rabu (3/9/2025).
Menurutnya, tidak ada seorangpun yang boleh kehilangan nyawa ataupun terluka hanya karena mengikuti demonstrasi ataupun ikut menyaksikan jalannya aksi penyampaian pendapat saat berada di sekitar aksi demonstrasi.
Dua peristiwa unjuk rasa di Sorong dan Manokwari saling berkaitan.
Kedua unjuk rasa itu berkaitan dengan penolakan warga terhadap pemindahan persidangan empat orang pengurus organisasi Negara Federal Republik Papua Barat Daya (NRFPB) – berinisial AGG, NM, MS, dan PR – dari Kota Sorong ke Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Aksi unjuk rasa awalnya digelar di Sorong, lalu berlanjut ke ke Kota Jayapura dan Manokwari.
Usman menegaskan bahwa kedua peristiwa itu harus diusut tuntas melalui investigasi yang bersifat independen dengan melibatkan tokoh-tokoh dan unsur masyarakat yang memiliki integritas dan keahlian.
Baca Juga: 12 Tuntutan Mengguncang Prabowo! Gebrak Ultimatum: Hentikan Kekerasan, Adilkan Rakyat!
"Komnas HAM juga harus segera melakukan penyelidikan pro justitia untuk menindaklanjuti kasus kematian warga sipil tersebut," ucap Usman.
Dia menambahkan, negara harus bekerja sama dengan Komnas HAM dalam memastikan mereka yang bertanggung jawab atas kematian ini dapat dimintai pertanggungjawaban.
Usman menilai bahwa kekerasan dan pelanggaran HAM yang terus berulang di tanah Papua akan berdampak buruk dalam upaya penyelesaian konflik di sana.
"Oleh karena itu kami meminta aparat kepolisian untuk menggunakan pendekatan pemolisian demokratis, persuasif dan dialog dengan pengunjuk rasa di Papua," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga harus mengevaluasi secara menyeluruh pendekatan keamanan yang diambil polisi dalam menghadapi aksi damai di Papua.
Bagi Amnesty, tidak adanya evaluasi hanya akan memperburuk situasi HAM di Papua dan juga melanggengkan budaya impunitas yang telah mengakar di tubuh institusi keamanan.
Tag
Berita Terkait
-
Komnas Perempuan Mengutuk Keras Kekerasan yang Merenggut 7 Nyawa : Cukup Jangan Ada Korban Lagi!
-
Sepekan Terakhir, Isu Kekerasan Masif Hiasi Pemberitaan Media Online
-
Kapolda Banten: Mahasiswa Perusak Jadi Tersangka, Pelajar SMP-SMA Dipulangkan ke Orang Tua
-
Buntut Demo Rusuh di Serang, 1 Mahasiswa Untirta Jadi Tersangka Pembakaran Pos Polisi
-
Ginjal Polisi Diinjak-injak Saat Unjuk Rasa Anarkis, Harus Cuci Darah
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Dukung Revisi UU Hak Cipta untuk Lindungi Karya Jurnalistik, AMSI Serahkan Simbol Dukungan Ini
-
Prabowo Setujui Ditjen Pesantren, PDIP Siap 'Perkuat Narasi Patriotisme'
-
Polemik Utang Hingga Dugaan Markup Whoosh, PDIP Tugaskan Fraksi Lakukan Kajian
-
'Skema Mafia' Terbongkar: Rp 40 Miliar Digelontorkan untuk 'Beli' Vonis Lepas Korupsi CPO
-
Akui Sulit Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama, Bareskrim: Dikejar Lari-lari!
-
Bukan Cuma Iklan: 5 Bos Media Bongkar 'Revenue Stream' Ajaib di Era AI
-
Pakar Pidana Tegaskan Polemik Patok Kayu PT WKM Harusnya Tak Jadi Perkara Pidana
-
Kejagung Dalami Jejak Korupsi Chromebook Sampai ke 'Ring 1' Nadiem Makarim
-
Terungkap! Alasan Sebenarnya APBD DKI Jakarta Numpuk Rp14,6 Triliun! Bukan Deposito, Tapi...?
-
Kejati Jakarta Bongkar Skandal LPEI: Negara 'Dibobol' Hampir Rp 1 Triliun