News / Nasional
Senin, 22 September 2025 | 17:13 WIB
Ketua CC PKI DN Aidit (kiri) dan Wakil Ketua PKI MH Lukman (kanan) sedang berdoa dalam sebuah rapat di Kantor CC PKI, Kramat Raya 81. [dokumentasi/Oey Hay Djoen]
Baca 10 detik
  • Selembar foto menunjukkan DN Aidit dan petinggi PKI sedang berdoa.
  • PKI di bawah DN Aidit merangkul kelompok agama sebagai strategi politik.
  • Paham komunisme tidak selalu identik dengan ateisme.
  • Marxisme oleh Gen Z kekinian dianggap semakin relevan.

Menurut Andi Achdian, langkah ini menunjukkan watak anti-intelektualitas. Ia berpendapat bahwa rezim yang fobia terhadap Marxisme cenderung bersifat eksploitatif.

“Marxisme adalah antitesis dari sistem eksploitatif, sehingga ketika ada rezim yang menduplikasi sesuatu sistem yang eksploitatif, ya pasti dia akan mematikan itu (gagasan marxisme),” ujarnya.

Di tengah kondisi ketimpangan yang semakin nyata, di mana data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menunjukkan 68 persen tanah dikuasai oleh 1 persen korporasi, Marxisme dinilai menjadi semakin relevan sebagai alat analisis sosial.

Virdika Rizky Utama, Peneliti PARA Syndicate, meyakini bahwa semakin Marxisme dilarang, paham tersebut justru akan semakin diminati, terutama oleh generasi muda.

Ia memprediksi bahwa Generasi Z akan menggunakan media sosial sebagai ruang untuk menyuarakan perlawanan terhadap penindasan.

“Ada adagium, ‘semakin kita ditekan, semakin kita berontak’," kata Virdika. "Saya rasa di sosmed akan menjadi berisik meskipun ada pelarangan. Marxisme akan semakin menjual, karena semakin relevan.”

Load More