- Politikus senior PPP, Habil Marati, menuding Ketua Majelis Pertimbangan Romahurmuziy (Rommy) menggunakan Agus Suparmanto sebagai 'boneka politik'
- Muktamar X PPP berakhir dengan dualisme, di mana kubu Muhammad Mardiono dan kubu Agus Suparmanto sama-sama mengklaim kemenangan secara aklamasi
- Kubu Agus Suparmanto mengklaim kemenangannya sah secara konstitusional setelah pimpinan sidang sebelumnya dianggap mencederai aturan
Suara.com - Badai politik tengah menerjang internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pasca-gelaran Muktamar X yang berakhir ricuh. Politikus senior partai, Habil Marati, secara terbuka menuding adanya permainan kotor yang diotaki oleh Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Muhammad Romahurmuziy alias Rommy, untuk melanggengkan kekuasaannya melalui figur Agus Suparmanto.
Habil secara blak-blakan mempertanyakan status Agus yang bukan merupakan kader internal namun bisa melenggang mulus sebagai calon ketua umum. Ia mencium adanya agenda terselubung di balik pencalonan tersebut, di mana Agus hanya dijadikan alat oleh Rommy.
"Agus itu kan bukan kader PPP. Kok bisa-bisanya mencalonkan diri Ketua Umum PPP yang bawa Rommy. Saya tidak tahu apakah ini menjadi bonekanya Rommy," kata Habil dalam sebuah forum, dikutip Selasa (30/9/2025).
Tudingan ini semakin tajam ketika Habil menyoroti ambisi kekuasaan Rommy yang menurutnya tidak pernah padam, bahkan setelah sempat tersandung kasus hukum. Menurutnya, Rommy berusaha mengendalikan partai dari balik layar dengan mendorong figur yang bisa ia setir.
"Rommy juga demikian. Saya melihat, nafsu Rommy ingin berkuasa di PPP ini lebih daripada tiga periode, tapi kan terjegal oleh dengan narapidananya," ujarnya.
Lebih jauh, Habil bahkan mengendus adanya praktik politik uang atau "tebar pundi-pundi" untuk memuluskan jalan Agus Suparmanto menduduki kursi nomor satu di partai berlambang Kakbah tersebut.
"Oh pasti. Inilah yang bikin rusak. Bisa bayangkan dari daerah-daerah datang ke sini kan gak bawa pundi-pundi kan repot," ucap Habil.
Ia pun menegaskan bahwa proses pemilihan ketua umum seharusnya tunduk pada aturan partai yang jelas, yakni calon harus berasal dari kader internal yang telah teruji loyalitas dan kapabilitasnya.
"Harus mempertahankan tata tertib, calon itu merupakan kader internal," katanya.
Baca Juga: Terpuruk Pasca-Muktamar, Mampukah PPP Buktikan Janji Politiknya? Pengamat Beberkan Strateginya
Kronologi Kemenangan Versi Kubu Agus
Di tengah panasnya tudingan ini, kubu Agus Suparmanto tak tinggal diam. Mereka merilis kronologi detail versinya mengenai jalannya Muktamar X yang berakhir dengan klaim kemenangan ganda, baik dari kubu Agus maupun kubu Muhammad Mardiono.
Pimpinan Sidang Muktamar X PPP dari kubu Agus, Muhammad Qoyyum Abdul Jabbar, menjelaskan bahwa kekisruhan bermula saat Sidang Paripurna I yang dipimpin Amir Uskara. Menurutnya, Amir yang merupakan ketua tim pemenangan Mardiono, tidak mengindahkan interupsi peserta yang meminta pimpinan sidang diganti.
”Muktamirin mengungkapkan keberatan atas kepemimpinan sidang yang statusnya adalah ketua tim pemenangan salah satu calon ketua umum dan meminta sidang dipimpin oleh ketua SC dan sekretaris SC muktamar,” kata Qoyyum sebagaimana dilansir Antara.
Karena permintaan diabaikan dan memicu kericuhan, Amir Uskara dan seluruh pimpinan sidang meninggalkan ruangan. Atas dasar kekosongan pimpinan itulah, muktamirin yang bertahan meminta sidang dilanjutkan oleh panitia SC lainnya. Sidang pun berlanjut hingga agenda Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Plt Ketum PPP Muhammad Mardiono.
Menurut Rusman Yakub, salah satu pimpinan sidang lanjutan, pihaknya sudah mencoba menghubungi Mardiono melalui telepon sebanyak tiga kali namun tidak mendapat respons. Alhasil, sidang dilanjutkan dengan agenda pandangan umum DPW.
Berita Terkait
-
Terpuruk Pasca-Muktamar, Mampukah PPP Buktikan Janji Politiknya? Pengamat Beberkan Strateginya
-
Masa Depan PPP Suram? Pengamat: Di Mata Rakyat 'Mengurus Partai Saja Tidak Becus'
-
Muktamar X PPP Ricuh dan Saling Klaim Jadi Ketum, Pakar: Partai Tua Tapi Belum Dewasa
-
PPP Punya 2 Ketum, Menteri Yusril 'Angkat Tangan': Pemerintah Takkan Campur Tangan!
-
Kudeta di Muktamar PPP? Begini Kronologi Kubu Agus Suparmanto Naik Takhta Usai Mardiono Walk Out
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Tak Mau Renovasi! Ahmad Sahroni Pilih Robohkan Rumah Usai Dijarah Massa, Kenapa?
-
Borobudur Marathon 2025 Diikuti Peserta dari 38 Negara, Perputaran Ekonomi Diprediksi Di Atas Rp73 M
-
Langsung Ditangkap Polisi! Ini Tampang Pelaku yang Diduga Siksa dan Jadikan Pacar Komplotan Kriminal
-
Transfer Pusat Dipangkas, Pemkab Jember Andalkan PAD Untuk Kemandirian Fiskal
-
Pelaku Bom SMAN 72 Jakarta Dipindah Kamar, Polisi Segera Periksa Begitu Kondisi Pulih
-
Robohkan Rumah yang Dijarah hingga Rata Dengan Tanah, Ahmad Sahroni Sempat Ungkap Alasannya
-
Jelang Musda, Rizki Faisal Didukung Kader Hingga Ormas Pimpin Golkar Kepri
-
Hakim PN Palembang Raden Zaenal Arief Meninggal di Indekos, Kenapa?
-
Guru Besar UEU Kupas Tuntas Putusan MK 114/2025: Tidak Ada Larangan Polisi Menjabat di Luar Polri
-
MUI Tegaskan Domino Halal Selama Tanpa Unsur Perjudian