- DPR RI menyoroti adanya dugaan diskriminasi dalam proses perolehan status WNI
- Ketidakpastian status kewarganegaraan bagi anak perkawinan campur menimbulkan dampak serius
- Pemerintah menegaskan bahwa ada batas waktu yang jelas bagi anak perkawinan campur untuk memilih status WNI
Suara.com - Sebuah ironi tajam dalam sistem kewarganegaraan Indonesia menjadi sorotan panas di parlemen. Di satu sisi, pemerintah gencar memberikan karpet merah naturalisasi bagi para pemain keturunan untuk membela Timnas olahraga.
Namun di sisi lain, ribuan anak hasil perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) justru harus melalui jalan terjal dan birokrasi berbelit untuk mendapatkan pengakuan sebagai anak bangsa.
Kritik keras ini dilontarkan oleh Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira, yang melihat adanya standar ganda yang meresahkan.
Ia mempertanyakan mengapa negara bisa begitu cepat memproses status WNI bagi atlet demi prestasi, sementara warga biasa dengan darah Indonesia yang jelas justru terkatung-katung.
Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya terjebak dalam limbo hukum, tanpa status kewarganegaraan yang jelas atau menjadi stateless.
"Ketidakpastian status kewarganegaraan telah menimbulkan dampak yang serius mulai dari anak-anak yang menjadi stateless, terhambatnya pendidikan hingga hilangnya kesempatan kerja," kata Andreas dalam rapat bersama pemerintah di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Andreas menunjuk langsung pada fenomena naturalisasi atlet sepak bola, basket, dan cabang olahraga lainnya yang prosesnya relatif kilat karena didorong oleh "kepentingan negara".
Hal ini, menurutnya, menciptakan kontras yang menyakitkan bagi mereka yang lahir di Indonesia atau memiliki orang tua WNI tetapi kesulitan mendapatkan hak yang sama.
Situasi ini dikhawatirkan memunculkan perasaan diskriminasi di kalangan anak-anak perkawinan campur. Mereka merasa dianaktirikan oleh negara yang seharusnya melindungi hak-hak mereka.
Baca Juga: Pemain Keturunan Bermarga Sitorus Bersinar di Liga Australia, Tanpa Naturalisasi Bisa Bela Timnas
"Jangan sampai menjadi salah satu poin diskriminasi yang dirasakan oleh mereka dan ini menjadi perlu perhatian kita semua," tegasnya sebagaimana dilansir Antara.
Akar masalahnya, menurut Andreas, terletak pada penerapan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan yang multitafsir. Perbedaan penafsiran ini menciptakan hambatan administratif yang rumit dan seringkali merugikan pemohon.
"Anak-anak bangsa yang memiliki darah Indonesia baik lahir di dalam negeri maupun di luar negeri, tidak boleh kehilangan hak kewarganegaraan hanya karena kekeliruan administratif," ujarnya.
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Administrasi Hukum Kementerian Hukum dan HAM, Widodo, memaparkan data bahwa pihaknya telah menyelesaikan 921 permohonan kewarganegaraan sejak 2021 hingga 2025.
Ia juga mengklaim adanya terobosan melalui layanan digital untuk mempermudah proses, termasuk bagi anak dari perkawinan campur.
Widodo menjelaskan bahwa secara hukum, anak hasil perkawinan campur memang memiliki hak kewarganegaraan ganda terbatas. Namun, ada batas waktu yang krusial. Mereka harus memilih kewarganegaraan paling lambat tiga tahun setelah berusia 18 tahun atau setelah menikah.
Jika tenggat waktu tersebut terlewat tanpa ada pengajuan, konsekuensinya sangat fatal. Mereka secara otomatis akan kehilangan haknya sebagai WNI.
"Apabila tidak menyampaikan pernyataan memilih baginya berlaku ketentuan sebagai orang asing," kata Widodo.
Tag
Berita Terkait
-
FIFA Hukum FAM, Legenda Malaysia: Aib Besar untuk Sepak Bola Negeri Jiran!
-
Deportivo Alaves Pertimbangkan Tuntut FAM usai Facundo Garces Disanksi FIFA?
-
Harimau Malaya Kocar-Kacir! 7 Pemain Dihukum FIFA, Bisa Menang Lawan Laos?
-
Jejak Hitam Malaysia di FIFA: Dari Kerusuhan Suporter hingga Skandal Naturalisasi
-
Malaysia Wajib Tahu! Erick Thohir Beberkan Isi Pembicaraan Prabowo dengan Presiden FIFA
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
Terkini
-
Cucu Mahfud MD Jadi Korban, Pakar Sebut Keracunan MBG Bukti Kegagalan Sistemik Total
-
Motif Sejoli Tega Buang Bayi di Palmerah, Malu Nikah Siri Tak Direstui
-
PPP Memanas! Kubu Mardiono Klaim Duluan Daftar, Agus Suparmanto Tidak Sah Jadi Ketum?
-
Penganiayaan Jurnalis di Jaktim Berakhir Damai, Pelaku Meminta Maaf dan Tempuh Restorative Justice
-
Eks Dirut PGN Hendi Prio Santoso Ditahan KPK, Diduga Terima Duit Panas Jual Beli Gas
-
Asosiasi Sopir Logistik Curhat ke DPR: Jam Kerja Tak Manusiawi Bikin Penggunaan Doping dan Narkoba
-
Usai Muktamar Ricuh, Kubu Agus Suparmanto Ajak Mardiono Bergabung Demi Lolos Parlemen 2029
-
Viral Wali Kota Gorontalo Ngamuk Proyek Kampung Nelayan Disetop Ormas GRIB, Nyaris Adu Jotos!
-
Wartawan Dianiaya oleh Petugas SPPG di Jaktim, Kepala BGN Minta Maaf: Kekerasan Tidak Boleh
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?