News / Nasional
Kamis, 23 Oktober 2025 | 12:09 WIB
Ilustrasi urbanisasi. [Istimewa]
Baca 10 detik
  • Medrilzam juga menyoroti dampak dari pertumbuhan kota yang tidak terencana. 
  • Medrilzam menceritakan pengalamannya sejak pertama kali bergabung dengan Bappenas pada tahun 1992.
  • Ia menyebut fenomena urban sprawl meluasnya kawasan perkotaan tanpa kendali terjadi di hampir semua wilayah, terutama di Jawa dan Sumatera.

Suara.com - Deputi Bidang Pembangunan Kewilayahan Bappenas, Medrilzam, menegaskan pentingnya Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) sebagai acuan baru dalam pembangunan kota di Indonesia yang selama ini dinilai tumbuh tanpa arah yang jelas.

Medrilzam menceritakan pengalamannya sejak pertama kali bergabung dengan Bappenas pada tahun 1992.

Saat itu, pemerintah masih memiliki National Urban Development Strategy (NUDS), sebuah dokumen rujukan yang kuat dalam pembangunan kota.

“Waktu itu ada NUDS dan IUIDP. Itu kerangka implementasi kebijakan perkotaan yang nyata, dan hasilnya bisa kita lihat sampai sekarang. Banyak infrastruktur kota hari ini berasal dari program itu,” katanya dalam Kuliah Umum Bincang Kota Series 3 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa KPP UI, dikutip Rabu (22/10/2025).

Namun, reformasi pada 1998 membuat seluruh sistem tersebut bubar.

“Kita nggak bicara hanya kota, tapi juga bagaimana linkage kota dengan desa,karena bagaimanapun kota tidak bisa berdiri sendiri, karena ada desa di sekitar,” ujarnya.

Medrilzam juga menyoroti dampak dari pertumbuhan kota yang tidak terencana. Ia menyebut fenomena urban sprawl meluasnya kawasan perkotaan tanpa kendali terjadi di hampir semua wilayah, terutama di Jawa dan Sumatera.

“Kita kan dari dulu gembar-gembur. Oh, kita mau menyeimbangkan KBI, KTI. Lah, ya urban sprawl yang besarnya, pertumbuhannya, ya tetap di Jawa sama di Sumatera,” ucapnya.

Ilustrasi geudng bertingkat. [Suara.com/Alfian Winanto]

Menurutnya, urbanisasi Indonesia tidak memberi dampak ekonomi sebesar yang seharusnya.

Baca Juga: Dari Hutan hingga Laut, Bagaimana Kekayaan Biodiversitas Bisa Jadi Sumber Ekonomi Berkelanjutan?

“Urbanisasi di kita, 1 persen pertumbuhan penduduk, hanya bisa ningkatin PDB per kapitanya 1,4 persen. Sebetulnya Cina bisa sampai 3 persen. Jadi, ya kita bisa lihat, kota-kota di Cina, waduh, megah banget. Dibandingkan dengan kota-kota kita yang,aduh,” jelasnya.

Ia menilai, fokus pembangunan kota selama ini terlalu sempit, hanya berorientasi pada infrastruktur, bukan pada sustainability dan peningkatan produktivitas.

“Dan juga berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya berpikir bahwa ini kalau masih begini terus, paradigma kita tidak mau berubah. Susah. Yang pertama harus kita lakukan paradigma pembangunan perkotaannya harus berubah,” tegasnya.

“Dan potensi urbanisasinya harus kita manfaatkan. Terutama untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas kata kunci sekarang,” katanya menambahkan.

Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena

Load More