- Medrilzam juga menyoroti dampak dari pertumbuhan kota yang tidak terencana.
- Medrilzam menceritakan pengalamannya sejak pertama kali bergabung dengan Bappenas pada tahun 1992.
- Ia menyebut fenomena urban sprawl meluasnya kawasan perkotaan tanpa kendali terjadi di hampir semua wilayah, terutama di Jawa dan Sumatera.
Suara.com - Deputi Bidang Pembangunan Kewilayahan Bappenas, Medrilzam, menegaskan pentingnya Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) sebagai acuan baru dalam pembangunan kota di Indonesia yang selama ini dinilai tumbuh tanpa arah yang jelas.
Medrilzam menceritakan pengalamannya sejak pertama kali bergabung dengan Bappenas pada tahun 1992.
Saat itu, pemerintah masih memiliki National Urban Development Strategy (NUDS), sebuah dokumen rujukan yang kuat dalam pembangunan kota.
“Waktu itu ada NUDS dan IUIDP. Itu kerangka implementasi kebijakan perkotaan yang nyata, dan hasilnya bisa kita lihat sampai sekarang. Banyak infrastruktur kota hari ini berasal dari program itu,” katanya dalam Kuliah Umum Bincang Kota Series 3 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa KPP UI, dikutip Rabu (22/10/2025).
Namun, reformasi pada 1998 membuat seluruh sistem tersebut bubar.
“Kita nggak bicara hanya kota, tapi juga bagaimana linkage kota dengan desa,karena bagaimanapun kota tidak bisa berdiri sendiri, karena ada desa di sekitar,” ujarnya.
Medrilzam juga menyoroti dampak dari pertumbuhan kota yang tidak terencana. Ia menyebut fenomena urban sprawl meluasnya kawasan perkotaan tanpa kendali terjadi di hampir semua wilayah, terutama di Jawa dan Sumatera.
“Kita kan dari dulu gembar-gembur. Oh, kita mau menyeimbangkan KBI, KTI. Lah, ya urban sprawl yang besarnya, pertumbuhannya, ya tetap di Jawa sama di Sumatera,” ucapnya.
Menurutnya, urbanisasi Indonesia tidak memberi dampak ekonomi sebesar yang seharusnya.
Baca Juga: Dari Hutan hingga Laut, Bagaimana Kekayaan Biodiversitas Bisa Jadi Sumber Ekonomi Berkelanjutan?
“Urbanisasi di kita, 1 persen pertumbuhan penduduk, hanya bisa ningkatin PDB per kapitanya 1,4 persen. Sebetulnya Cina bisa sampai 3 persen. Jadi, ya kita bisa lihat, kota-kota di Cina, waduh, megah banget. Dibandingkan dengan kota-kota kita yang,aduh,” jelasnya.
Ia menilai, fokus pembangunan kota selama ini terlalu sempit, hanya berorientasi pada infrastruktur, bukan pada sustainability dan peningkatan produktivitas.
“Dan juga berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya berpikir bahwa ini kalau masih begini terus, paradigma kita tidak mau berubah. Susah. Yang pertama harus kita lakukan paradigma pembangunan perkotaannya harus berubah,” tegasnya.
“Dan potensi urbanisasinya harus kita manfaatkan. Terutama untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas kata kunci sekarang,” katanya menambahkan.
Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena
Berita Terkait
-
Genjot Ekonomi Inklusif, BPD Bisa Jadi Motor Pengentasan Kemiskinan
-
AHY Ungkap Fakta Pahit: Gen Z dan Milenial Ogah Nikah Gegara Ini...
-
Kerugian karena Macet Jakarta Capai Triliunan Rupiah, Rano Karno: Itu Realitanya
-
Dari Hutan hingga Laut, Bagaimana Kekayaan Biodiversitas Bisa Jadi Sumber Ekonomi Berkelanjutan?
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
Terkini
-
Gaduh Laporan 'Ujaran Kebencian' Bahlil, Golkar Panggil Pelapor: Siapa yang Suruh?
-
Kelamin Suami Dipotong Istri Gara-gara Chat, Korban Naik Motor Sendiri ke RSCM Bawa Potongannya
-
Pakai Kacamata Hitam, Begini Momen Prabowo Sambut Kunjungan Presiden Brasil Lula di Istana Merdeka
-
Klaim Air Pegunungan Cuma Iklan? BPKN Siap Panggil Bos Aqua, Dugaan Pakai Air Sumur Bor Diselidiki
-
Draf NDC 3.0 Dinilai Tak Cukup Ambisius, IESR Peringatkan Risiko Ekonomi dan Ekologis
-
Usai Ancam Pecat Anak Buah jika Ngibul soal Dana Ngendap, KDM: Saya jadi Gak Enak Nih
-
Survei IDSIGH Ungkap Kinerja Gibran Stabil Sepanjang Tahun Pertama
-
Kenapa Harimau Masuk ke Permukiman? Pakar Beri Penjelasannya
-
Kemen PPPA: Kasus Kekerasan Santri di Malang Tunjukkan Lemahnya Perlindungan Anak di Pesantren
-
Suami Pembakar Istri di Otista Ternyata Residivis, Ancaman Hukuman Ance Diperberat!