- KPK mencegah Fuad Hasan Masyhur, pemilik Maktour, terkait dugaan korupsi pembagian kuota tambahan haji 2023-2024.
- Tambahan 20.000 kuota haji dibagi 50:50, menyalahi aturan 92:8 persen yang merugikan jemaah reguler.
- Penyidik mendalami peran Fuad Masyhur dalam proses distribusi kuota khusus yang melonjak signifikan bagi travel swasta.
Suara.com - Nama besar di industri perjalanan haji dan umrah, Fuad Hasan Masyhur, kini berada di tengah sorotan tajam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pemilik Maktour Tour and Travel itu dicegah bepergian ke luar negeri bersama mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, terkait dugaan skandal korupsi dalam pembagian kuota haji di Kementerian Agama periode 2023-2024.
Peran Fuad sebagai pihak swasta kini menjadi salah satu fokus utama penyidik KPK dalam membongkar bagaimana tambahan 20.000 kuota haji dari Arab Saudi bisa dibagi secara tidak wajar, yang berpotensi merugikan jemaah haji reguler dan menguntungkan segelintir pihak.
Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, mengonfirmasi bahwa pencegahan terhadap Fuad Masyhur dilakukan untuk mendalami proses pembagian kuota tambahan tersebut, khususnya dari sisi pasca-pemberian diskresi oleh Kemenag.
“Ini kan didalami pra dan pascanya. Pradiskresi artinya terkait dengan apakah ada motif, inisiatif dan dorongan. Tapi kalau pendalamannya soal pasca diskresi artinya soal pembagian kuota tambahan khusus tersebut,” kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo kepada wartawan, Rabu (3/12/2025).
“Nah, yang dilakukan cegah luar negeri salah satunya dari pihak travel MT, pihak swastanya itu,” tambah dia.
KPK mencium adanya kejanggalan serius dalam alokasi kuota. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, seharusnya kuota tambahan dibagi dengan proporsi 92 persen untuk haji reguler dan 8 persen untuk haji khusus (PIHK).
Namun, dalam praktiknya, kuota tambahan itu justru dibagi rata 50:50, atau masing-masing 10.000 untuk haji reguler dan haji khusus. Hal ini menyebabkan kuota haji khusus yang dikelola Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) atau travel-travel swasta melonjak drastis.
“Kuota haji khusus yang dikelola oleh PIHK ini menjadi melonjak dari yang semula 8 persen atau 1.600 bertambah secara signifikan menjadi 10.000. Artinya ada penambahan sekitar 8.400 kuota. Oleh karena itulah KPK mendalami apakah proses-proses diskresi yang dilakukan oleh Kementerian Agama ini murni top-down atau bottom-up atau keduanya,” tutur Budi.
Di sinilah peran Fuad Hasan Masyhur menjadi krusial. KPK memastikan penyidik tengah mendalami peran ganda Fuad, tidak hanya sebagai pemilik salah satu travel haji terbesar, tetapi juga posisinya dalam asosiasi yang menaungi para pengusaha travel haji.
Baca Juga: Jejak Gus Yaqut di Skandal Kuota Haji, KPK Bongkar 'Permainan' Jatah Tambahan 20 Ribu
“Karena asosiasi ini kan kemudian memayungi para pihak PIHK ini. Dimana para pengurusnya ini juga para pemilik PIHK atau pemilik biro travel,” tandas dia.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, telah membeberkan duduk perkara yang dianggap sebagai perbuatan melawan hukum.
Tambahan 20.000 kuota haji merupakan hasil lobi Presiden Joko Widodo kepada Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Asep menegaskan bahwa pembagian kuota haji memiliki aturan main yang jelas dan mengikat.
“Jadi kalau ada kuota haji, berapa pun itu, pembagiannya demikian. Kuota regulernya 92 persen, kuota khususnya 8 persen,” kata Asep di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Rabu (5/8/2025).
Dengan tambahan 20.000, seharusnya kuota haji khusus hanya mendapat jatah 1.600, sementara sisanya sebanyak 18.400 menjadi hak jemaah haji reguler yang telah mengantre bertahun-tahun.
Berita Terkait
-
Dewas KPK Panggil Jaksa yang Tak Periksa Bobby Nasution dalam Kasus Korupsi Pembangunan Jalan Sumut
-
5 Pengakuan Kunci Ridwan Kamil Usai 6 Jam Diperiksa KPK Soal Kasus BJB
-
Setelah Periksa Ridwan Kamil, KPK Buka Peluang Tersangka Baru di Kasus BJB
-
Cara Ikut Lelang KPK Secara Online: Jadwal, Syarat dan Katalog
-
RK Klaim Tak Tahu Kasus Korupsi BJB, KPK Tanggapi Santai: Kami Punya Saksi dan Bukti Lain
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Kebutuhan Produktivitas dan Gaming
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.626, Pasar Cari Petunjuk dari Risiko Global
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
Terkini
-
Buntut Panjang Kasus Bobby Nasution, Dewas KPK Periksa Penyidik Rossa Purbo Besok
-
KPK Undang Presiden Prabowo Hadiri Hakordia 2025, Tapi Jokowi Tak Masuk Daftar
-
Menteri PMK Bantah Penjarahan Beras di Sibolga: Bantuan untuk Warga Banjir, Bukan Kerusuhan
-
Benteng Terakhir yang Terkoyak: Konflik Manusia dan Negara di Jantung Tesso Nilo
-
Muncul Desakan Reshuffle Kabinet Imbas Banjir Sumatra, Begini Respons Menteri LHK Hanif Faisol
-
Ancaman Serius KLHK, Pemda Perusak Lingkungan Bakal 'Dihukum' Sanksi Berlapis
-
Banjir Sumatra Jadi Petaka, KLHK 'Obrak-abrik' Izin, Bakal Panggil Perusahaan Pekan Depan
-
Media Sustainability Forum 2025: Perkuat Daya Hidup Media Demi Topang Demokrasi
-
Golkar Semprot Cak Imin soal 'Tobat Nasuha': Anda Bukan Presiden, Cuma Menko!
-
Pakai Citra Satelit, Pemerintah Buru Terduga di Balik Kayu Gelondongan Banjir Sumatra