- Dwikorita Karnawati menyatakan Indonesia memasuki fase ancaman beruntun akibat iklim, cuaca ekstrem, geologi, dan kerusakan lingkungan.
- Potensi bencana terbuka luas, terutama di wilayah selatan Jawa hingga Nusa Tenggara karena pola siklon pergerakan baru.
- Peringatan dini BMKG tidak efektif tanpa kebijakan lingkungan kuat terkait tutupan hutan dan pengelolaan bentang alam.
Suara.com - Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus mantan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengingatkan bahwa rangkaian bencana hidrometeorologi yang terjadi belakangan ini bukanlah kejadian yang berdiri sendiri.
Ia menilai Indonesia tengah memasuki fase ancaman beruntun akibat kombinasi faktor iklim, cuaca ekstrem, geologi, dan kerusakan lingkungan yang semakin parah.
Menurut perempuan yang akrab disapa Rita itu, potensi bencana lain di daerah-daerah Indonesia masih sangat terbuka. Terlebih dengan kondisi rentan di sejumlah wilayah.
Mulai dari curah hujan makin tinggi, lebih seringnya bibit siklon muncul, serta tak kalah penting tutupan hutan yang terus berkurang.
Rita menilai situasi ini menempatkan Indonesia pada posisi 'terkepung' oleh risiko bencana.
"Saya lebih khawatir begini, giliran berikutnya mana?" ujar Dwikorita kepada wartawan di acara Pojok Bulaksumur, UGM, Kamis (4/12/2025).
"Ini curah hujan meningkat terus, bibit-bibit siklon akan semakin sering muncul, kemudian lahannya berkurang, hutannya berkurang, kita saat ini terkepung," imbuhnya.
Dipaparkan Rita, bahwa pola siklon yang saat ini terbentuk membuat wilayah selatan Jawa hingga Nusa Tenggara berpotensi menghadapi dampak besar dalam beberapa bulan mendatang.
Setelah November hingga Maret, wilayah selatan Indonesia kerap menjadi lintasan siklon yang bergerak dari Samudera Hindia. Belum lagi berbicara tentang berbagai anomali pergerakan siklon.
Baca Juga: Pakar Ungkap Sebab Cuaca Ekstrem di Sumatera, Apa Itu?
"Sudahkah kita siap? Kalau itu bersamaan, kita dikeroyok," ucapnya.
Eks Rektor UGM itu menegaskan bahwa masalah bukan lagi pada kesiapan sistem peringatan dini. Menurutnya, BMKG bahkan sudah cukup memberi peringatan sejak beberapa waktu.
Namun prediksi ilmiah tidak akan efektif tanpa kebijakan lingkungan yang kuat. Terutama menyangkut tutupan hutan dan pengelolaan bentang alam yang rapuh.
Ia menjelaskan, fenomena yang menyebabkan banjir bandang di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat terjadi akinat siklon bergerak tidak lagi mengikuti pola normal.
Pergerakan siklon kini tidak hanya menjalar di laut, tetapi juga menembus daratan dan melintasi zona yang seharusnya menjadi penghalang alami.
Selain faktor iklim dan cuaca, ia menekankan adanya kerentanan geologis alami di Indonesia yang terbentuk oleh proses tumbukan lempeng sejak ribuan tahun lalu. Banyak wilayah memiliki perbukitan curam yang mudah retak, patah, dan longsor.
Berita Terkait
-
Pakar Ungkap Sebab Cuaca Ekstrem di Sumatera, Apa Itu?
-
Bupati Tak Menyerah, tapi Sistem Penanganan Bencana Aceh Jelas Kewalahan
-
Akses Darat Terputus, BBM Disalurkan via Udara ke Bener Meriah dan Aceh Tengah
-
Update Banjir Bandang Nagan Raya Aceh: 1.807 Rumah Warga Rusak, Ini Data Rincinya
-
Ketua MPR Ungkap Alasan Pemerintah Belum Naikkan Status Bencana di Sumatera
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- Innalillahi, Aktor Epy Kusnandar Meninggal Dunia
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
Pilihan
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
-
Drama Sidang Haji Alim: Datang dengan Ambulans & Oksigen, Ratusan Pendukung Padati Pengadilan
-
KLH Sebut Tambang Milik Astra International Perparah Banjir Sumatera, Akan Ditindak
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
Terkini
-
Aplikasi AI Sebut Jokowi Bukan Alumnus UGM, Kampus Buka Suara
-
Mendagri Minta PKK Papua Pegunungan Pastikan Program Tepat Sasaran
-
Geger Tragedi Alvaro, Aturan Lapor Anak Hilang 1x24 Jam Masih Relevan?
-
Anggota Komisi IV Bela Raja Juli, Sebut Menhut Cuma Kebagian 'Cuci Piring' Soal Kerusakan Hutan
-
Mendagri: Digitalisasi Bantuan Sosial Dibutuhkan untuk Ketepatan Sasaran Penyaluran
-
Menhut Raja Juli Soal Sentilan 'Tobat Nasuha' Banjir Sumatra: Gus Imin Sudah Minta Maaf Via WA
-
UMP Jakarta 2026 Bisa Tembus Rp 6 Juta? Begini Respons Pramono Anung
-
Bahlil Minta Cak Imin Taubat Nasuha Juga, Tegaskan Evaluasi Menteri Hanya Hak Presiden
-
Pemerintah Beri Relaksasi Pelunasan Biaya Haji untuk Calon Jemaah di Tiga Provinsi
-
Korban Tembus 770 Jiwa, Muzani Beberkan 'Kalkulasi' Pemerintah Soal Status Bencana Nasional