Suara.com - Harga minyak dunia turun pada Kamis (22/5/2014) atau Jumat (23/5/2014) pagi waktu Indonesia bagian barat.
Ini dikarenakan para pedagang mengambil keuntungan dari kenaikan luar biasa hari sebelumnya yang didorong oleh tanda-tanda menguatnya permintaan minyak mentah AS.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, turun 33 sen menjadi ditutup pada 103,74 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli turun 19 sen menjadi 110,36 dolar AS di perdagangan London.
Minyak mentah berjangka telah menguat pada Rabu menyusul berita jatuhnya cadangan minyak mentah di konsumen utama Amerika Serikat.
WTI melonjak ke tingkat tertinggi dalam satu bulan terakhir di 104,07 dolar AS, sementara Brent mencapai tingkat tertinggi dalam dua setengah bulan terakhir di 110,55 dolar AS.
Persediaan minyak mentah turun 7,2 juta barel menjadi 391,3 juta pada pekan yang berakhir 16 Mei, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu.
Stok di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk WTI, turun 225.000 barel menjadi 23,2 juta barel, jumlah terkecil sejak Desember 2008.
Penurunan harga minyak juga terjadi setelah data pemerintah menunjukkan bahwa klaim awal tunjangan pengangguran pada pekan lalu di Amerika Serikat lebih besar dari yang diperkirakan.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran dalam pekan yang berakhir 17 Mei meningkat 28.000 menjadi 326.000 disesuaikan secara musiman, kata Departemen Tenaga Kerja sebelum bel pembukaan. Peningkatan ini jauh melampaui ekspektasi analis .
Meskipun merugi pada Kamis, harga masih mendapat dukungan dibantu oleh tanda-tanda pemulihan di sektor manufaktur Tiongkok.
Indeks pembelian manajer (PMI) untuk Cina dari raksasa perbankan HSBC naik menjadi 49,7 pada Mei dari 48,1 pada bulan lalu, masih dalam wilayah kontraksi tetapi mendekati 50 ambang batas antara menyusut dan berkembang untuk sektor industri.
Data ekonomi positif lain di AS, juga membatasi penurunan harga minyak mentah. Perusahaan data keuangan Markit mengatakan indeks pembelian manajer manufaktur AS naik menjadi 56,2 pada Mei dibandingkan dengan 55,4 pada April. (AFP/Xinhua)
Berita Terkait
-
Modal Dedaunan, UMKM Ini Tembus Pasar Eropa dan Rusia dengan Teknik Ecoprint
-
Isu Damai Ukraina Redam Efek Blokade Tanker Venezuela, Begini Dampaknya ke Harga Minyak
-
Trump Berulah! AS Blokade Tanker Venezuela, Harga Minyak Mentah Meroket Tajam
-
Harga Pangan 18 Desember: Beras, Bawang, Cabai, Daging Ayam dan Migor Turun
-
Produsen CPO Genjot Produksi di Tengah Tingginya Konsumsi Domestik
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok