Suara.com - Sektor perumahan rakyat belum juga menjadi prioritas pemerintahan Jokowi. Sebelum memikirkan perumahan rakyat sepertinya Jokowi lebih fokus untuk menyiapkan sektor infratstruktur. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menilai langkah ini cukup bagus.
Namun, tentunya harus diperhatikan bahwa pembangunan infrastruktur akan memberikan dampak pada naiknya harga tanah. Karena itu, pemerintah harus segera membentuk bank tanah untuk sedapat mungkin menguasai tanah-tanah dan memproteksi tanah-tanah yang layak dibangun rumah rakyat agar tidak naik lebih tinggi lagi.
“Pembangunan rumah rakyat akan sulit bila tidak ada ketersediaan tanah yang murah. Karenanya program 10 juta unit rumah dari Jokowi seharusnya juga mengedepankan fondasi sistem perumahan nasional yang saat ini belum ada. Pembentukan badan yang saat ini sedang didiskusikan harus segera direalisasikan mengingat badan ini akan sangat strategis bagi keberlangsungan penyediaan rumah rakyat,” kata Ali dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (22/12/2014).
“Dalam rencana membangun 10 juta unit sampai 2019, pemerintah harus mempertimbangkan instrumen perumahan nasional agar bisa direalisasikan, para pelaku pasar perumahan menunggu gebrakan dan langkah tegas dari pemerintah di sektor perumahan termasuk masalah perijinan,” ujarnya.
Instrumen yang dimaksud adalah berupa tiga pilar perumahan rakyat yaitu : Badan Pelaksana Perumahan yang akan mengatur bank tanah sebagai eksekutor, Kementerian PU-Pera sebagai regulator pencetak kebijakan, Bank BTN sebagai bank pembiayaan yang fokus perumahan.
Namun dari sisi pembiayaan seharusnya Bank BTN tidak lagi mengandalkan dana-dana jangka pendek untuk membiayai KPR, karenanya ketersediaan dana-dana jangka panjang pun harus segera dicarikan sumbernya. Banyak sumber-sumber dana jangka panjang yang ada saat ini di luar rencana pemerintah untuk menyiapkan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang saat ini belum jelas kelanjutannya.
Pemberdayaan PT. SMF sebagai secondary mortgage saat ini bisa menjadi pilihan untuk menjamin ketersediaan dana-dana untuk pembiayaan perumahan.
Indonesia Property Watch saat ini terus memberikan kritik membangun karena selama 2 kali periode SBY, sektor perumahan selalu terabaikan. Dia berharap dengan adanya pemerintahan yang baru, rumah rakyat dapat menjadi prioritas. Karena masalah perumahan rakyat sejak dulu semakin lama semakin karut marut dan membutuhkan keseriusan pemerintah untuk hadir di dalamnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
Terkini
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
OJK: Aset Dana Pensiun Tembus Rp 1.593 Triliun
-
Rupiah Dibuka Menguat Tipis Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Huabao Suntik Rp164 Miliar, Landasan Pacu Bandara Maleo Kini Mampu Tampung Pesawat Jumbo!
-
IHSG Melesat Hingga Ke Level Tertinggi Intraday di Awal Sesi Jumat
-
Emas Antam Bangkit, Harganya Meloncat Jadi Rp 2.354.000 per Gram
-
Persaingan Kartu Kredit Semakin Ketat, Bank Syariah Optimis Bakal Tumbuh Positif
-
7 Pilihan Lokasi Tanah Murah di Sekitar Bekasi Barat, Ada Akses Transum
-
Bank Indonesia Gebrak Pasar Korea! QRIS Jadi Andalan Transaksi
-
TLKM Spin-off Aset Senilai Rp48 Triliun, Target Harga Saham Naik Lebih 30 Persen?