Suara.com - PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk tengah menjalankan revitalisasi pabrik dengan tujuan meningkatkan kapasitas pabrik, sekaligus menghemat penggunaan gas dan listrik yang biayanya semakin tinggi.
"Revitalisasi merupakan hal yang lumrah, mengingat mesin-mesin kita merupakan pengadaan tahun 1975 sehingga kemampuannya perlu ditingkatkan, apalagi gas sebagai bahan bakar harganya terus naik mencapai 3,7 dolar AS per mmbtu," kata Direktur Utama PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, Sukandar di Cilegon, Kamis (3/3/2016).
Revitalisasi yang dijalankan di antaranya pabrik "hot strip mill" (HSM 1) yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dari 2,05 metrik ton per tahun menjadi 2,4 metrik ton per tahun. Manfaat proyek ini penggunaan gas dan listrik masing-masing dapat dihemat 5,3 NM3 per ton dan 15 Kwh per ton, papar Sukandar.
Program revitalisasi juga dilaksanakan pada pabrik "slab" baja meliputi penggantian peralatan "obsolete" dan modernisasi fasilitas peleburan dan pengecoran kontinyu, jelas Sukandar didamping direksi lengkap Krakatau Steel.
Berbicara dihadapan pemimpin redaksi media se-Banten, Sukandar menjelaskan manfaat dari proyek ini adalah peningkatan kapasitas produksi dari 1 juta ton menjadi 1,2 juta ton per tahun, serta penggunaan lisrik dapat dihemat sebesar 97,89 Kwh per ton.
Krakatau Steel juga telah merevitalisasi pabrik besi baja spons (DR) dengan tujuan memperbaiki kinerja dengan mengadopsi teknologi terbaru untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 1,50 juta ton menjadi 1,74 juta ton per tahun, menurunkan konsumsi gas, meningkatkan kehandalan peralatan, meningkatkan kualitas produk dan kualitas lingkungan.
Manfaat dari proyek ini adalah peningkatan kapasitas besi spons sebesar 240 ribu ton per tahun dan penurunan konsumsi gas sebesar 56 NM3 per ton atau 16 dolar AS per ton. Meskipun proyek ini telah selesai namun operasinya sedang ditunda menunggu membaiknya harga baja dunia, tuturnya.
Perseroan terus menggenjot proyek strategis untuk tetap mempertahankan penetrasi pasar baja domestik dan peningkatan pasar ekspor.
Salah satunya adalah dengan menggenjot penyelesaian proyek blast furnace yang saat ini progress proyeknya telah mencapai 93,3 persen. Ditargetkan, "fist blow" in akan dilakukan di tahun 2016.
Dengan selesainya proyek ini perseroan akan mendapatkan peningkatan produktivitas "slab steel plant" menjadi 300.000 ton per tahun dan penurunan biaya produksi slab sekitar 60 dolar AS per ton.
Selain itu, dalam rangka efisiensi perseroan juga akan membangun fasilitas pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang menggunakan teknologi berbahan bakar batu bara, ucap Sukandar, menjelaskan.
Perusahaan juga telah mengagendakan untuk membangun pabrik HSM 2, sehingga kapasitas pengerolan baja akan bertambah sebesar 1,5 juta ton per tahun. Sehingga kapasitas akan meningkat menjadi 4,6 juta ton per tahun.
Sukandar mengatakan program revitalisasi dan penghematan ini akan dirasakan manfaatnya pada tahun 2017, sehingga hasil akhirnya kinerja perusahaan pada periode tersebut akan semakin membaik.
Produk baja Krakatau Steel saat ini sudah lengkap tidak kalah dengan produsen baja luar negeri, semua kebutuhan pengadaan baja untuk industri dan konstruksi dapat dipenuhi.
"Mulai dari atap Bandara Soekarno Hatta, pipa minyak dan gas, per tempat tidur, sampai kendaraan lapis baja produksi Pindad semuanya dari kita. Kecuali untuk industri otomotif nasional memang belum terlalu besar, namun ke depannya melalui kerja sama dengan Krakatau Sumikin diharapkan seluruh kebutuhan baja industri otomotif nasional dapat dipenuhi," ujar Sukandar. (Antara)
Berita Terkait
-
Setelah Garuda Indonesia Danantara Mau Guyur Dana Jumbo ke Krakatau Steel, Berapa Jumlahnya?
-
Danantara Banyak Kasih Syarat KRAS Sebelum Suntik Dana Rp 8,35 Triliun
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
Utang Krakatau Steel Susut Lebih Cepat, Setelah Restrukturisasi Disetujui
-
DPR Usul Bentuk Pansus Krakatau Steel, Ada Apa?
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025