Suara.com - Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) khawatir produksi rokok yang terus turun akan berdampak terhadap menurun serapan tembakau petani. Ketua Umum APTI Suseno, di Semarang, Rabu (8/11), mengatakan, produksi rokok terus mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir.
Produksi rokok pada 2016 tercatat mencapai 340 miliar batang. Jumlah tersebut akan mengalami penurunan pada tahun ini menjadi sekitar 333 miliar batang.
"Penurunan itu dikhawatirkan akan berdampak terhadap penurunan serapan tembakau petani oleh pabrik rokok," katanya lagi.
Saat ini, lanjut dia, luasan lahan tembakau yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia mencapai 210.000 hektar. Dengan luasan lahan sebesar itu saja, kata dia, produksi tembakau nasional masih belum bisa memenuhi kebutuhan pabrik rokok.
Sebagian kekurangan tembakau diperoleh melalui impor, khususnya untuk tembakau jenis tertentu. Ia mencontohkan tembakau jenis Virginia FC masih harua diimpor karena produksi nasional belum bisa memenuhi.
Rata-rata impor tembakau nasional, jelas dia, mencapai sekitar 120.000 ton per tahun. Industri rokok juga diperberat dengan terua dinaikkan target penerimaan negara dari sektor cukai.
Menurut dia, target penerimaan cukai rokok pada 2018 diproyeksikan naik sekitar Rp10,04 triliun dari target tahun ini sekitar Rp150 triliun. Naiknya target penerimaa cukai di tengah turun produksi rokok nasional dikhawatirkan juga akan berdampak terhadap kenaikan harga jual rokok.
"Kalau harga rokok naik dikhawatirkan akan memicu muncul rokok-rokok palsu tanpa cukai," katanya pula.
Karena itu, ia mengharapkan campur tangan pemerintah berkaitan dengan kebijakan pertembakauan yang berpihak pada petani. Jumlah petani tembakau dari hulu hingga hilir yang bergantung pada komoditas itu mencapai 2 juta jiwa.
Ia menjelaskan asaran kebijakan pembatasan rokok tidak hanya menyasar pada perokoknya, tetapi kini sudah menyasar ke sisi pemasoknya.
"Kalau tidak ada tembakau, tidak ada rokok," pungkas dia.
Berita Terkait
-
Setelah CHT, Menkeu Purbaya Ditantang Bereskan Penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
-
Ajang Puteri WITT 2026 Digelar Lagi, Venna Melinda Turun Tangan
-
Bukan Cuma Kulit Kusam! Ini 5 Rahasia Kecantikan Wanita Modern yang Bebas Asap Rokok
-
Meski Kinerja Ekspor Moncer, Industri Hasil Tembakau Dapat Tantangan dari Rokok Ilegal
-
Wacana Kebijakan Kemasan Rokok Polos Dinilai Bisa Ganggu Rantai Pasok IHT
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
YES 2025: Ajak Anak Muda Berani Memulai Usaha, Waktu Menjadi Modal Utama
-
YES 2025: Berbagi Tips Investasi Bagi Generasi Muda Termasuk Sandwich Generation
-
Youth Economic Summit 2025 : Pentingnya Manfaat Dana Darurat untuk Generasi Muda
-
Kapan Bansos BPNT Cair? Penyaluran Tahap Akhir Bulan November 2025, Ini Cara Ceknya
-
Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia
-
Apa Itu Opsen Pajak? Begini Perhitungannya
-
Youth Economic Summit 2025: Peluang Industri Manufaktur Bisa Jadi Penggerak Motor Ekonomi Indonesia
-
Kapan Kenaikan Gaji Pensiunan PNS 2025 Cair? Ini Kata Kemenkeu dan Realitanya
-
Youth Economic Summit (2025) : Indonesia Diminta Hati-hati Kelola Utang
-
BRI Terus Berkomitmen Majukan UMKM Sebagai Pilar Ekonomi Nasional