Suara.com - Ekonom konstitusi, Defiyan Cori, mengkritik banyaknya Badan Usaha Milik Negara dalam posisi kinerja yang tidak baik. Beberapa diantaranya mengalami kerugian menuju bangkrut.
"Dari 139 BUMN, yang saat ini telah menjadi 119 BUMN, sebut saja misalnya PT. (Persero) Perkebunan Nusantara. PT. Djakarta Dlloyd (yang sempat berjaya di era Orde Baru), PT (Persero) Garuda Indonesia, PT. (Persero) PLN, PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines (yang sudah bangkrut), PT. (Persero) Surveyor Indonesia dan Sucofindo serta masih banyak lagi yang lainnya," kata Defiyan saat dihubungi Suara.com, Rabu (7/2/2018).
Disamping itu, ada BUMN yang memperoleh penugasan dari pemerintah untuk menjalankan kebijakan tertentu, bahkan di luar bisnis intinya. Bahkan BUMN tersebut dan menanggung beban operasi yang berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia serta merupakan kebijakan politik pemerintahan Presiden Joko Widodo yang harus dijalankan.
"Misalnya kebijakan BBM satu harga di seluruh Indonesia ini yang merupakan upaya Presiden Joko Widodo dalam memberikan keadilan bagi masyarakat Indonesia yang berada di wilayah terpencil, terluar dan tertinggal," ujarnya.
Selama setahun pelaksanaan kebijakan BBM Satu Harga ini, tercatat hasil kinerja Triwulan III (rentang bulan Juli-September 2017) perolehan laba yang berhasil dibukukan Pertamina mengalami penurunan laba sebesar 27 persen atau menjadi Rp26,8 triliun atau 1,99 miliar dolar Amerika Serikat. Capaian ini menurun dibanding laba bersih tahun 2016 yang sebesar Rp38,2 triliun.
Menurutnya, jika hanya mengacu pada faktor harga, maka kenaikan harga minyak mentah dunia seharusnya berpengaruh pada harga jual eceran BBM dan tanpa ada kenaikan harga jual eceran BBM, maka bisa jadi faktor kenaikan harga ini yang paling signifikan mempengaruhi penurunan laba Pertamina.
Begitu juga halnya dengan BUMN strategis lainnya, seperti PT (Persero) PLN yang dibebankan tugas untuk membangun pembangkit listrik 35.00 MW dan harga jual listrik ke konsumen harus murah. Sementara disisi yang lain proses membangun pembangkit membutuhkan waktu pelaksanaan terencana, terukur dan hati-hati serta tak bisa terburu-buru karena bisnis ini beresiko tinggi (high risk).
Di saat yang sama PLN juga diperintahkan untuk memproduksi listrik murah sedangkan bahan baku sebagai penentu harga pokok produksi listrik PLN tidak berada dalam penguasaan BUMN ini. Oleh karena itu, komitmen untuk menjaga pertumbuhan laba BUMN tetap perlu dijaga sebagai bentuk penguasaan negara atas sektor strategis ini dan bukan oleh swasta. Lebih lanjut lagi hal ini ditegaskan di dalam UUD 1945.
Defiyan menegaskan tanpa adanya penyesuaian harga BBM yang diperjualbelikan oleh Pertamina dan tidak adanya imbal balik (trade off) bagi Pertamina, maka beban biaya Pertamina akan meningkat dalam melayani BBM penugasan di wilayah-wilayah terpencil, terluar dan terjauh tersebut. Padahal Pertamina dan PLN serta BUMN lainnya juga dituntut membangun industri hulu migas yang lebih kompetitif.
Baca Juga: Pengamat Kritik Pertamina Harus Tahu Diri dan Tak Banyak Mengeluh
"Serta diwajibkan untuk memberikan kontribusi dalam bentuk pajak dan dividen kepada Negara," tutupnya.
Berita Terkait
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
Richard Lee Cecar Hasan Nasbi: Jadi Komisaris BUMN karena Kedekatan atau Utang Jasa?
-
Kementerian ESDM: Stok BBM SPBU Swasta Akan Kosong sampai Akhir 2025 Jika Tak Beli dari Pertamina
-
Perkuat Stok BBM, Pertamina Dirikan Fuel Terminal di Labuan Bajo
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
TikTok Dibekukan Komdigi Usai Tolak Serahkan Data Konten Live Streaming Demo
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
IHSG Tutup Pekan di Zona Hijau: Saham Milik Grup Djarum Masuk Top Losers
-
Maganghub Kemnaker Dapat Gaji Rp 3.000.000 per Bulan? Ini Rinciannya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
Meski Banyak Kasus Keracunan, Luhut Mau MBG Jalan Terus
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi