Suara.com - PT. PP (Persero) Tbk. meraih tambahan nilai kontrak baru sampai dengan akhir Oktober 2022 sebesar Rp21,82 triliun. Raihan kontrak baru ini tumbuh 50,79% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Nilai kontrak terus meningkat hingga pekan kedua November 2022, angka tersebut telah meningkat menjadi Rp22,89 triliun.
Sekretaris Perusahaan PP Bakhtiyar Effendi mengatakan perolehan kontrak baru mayoritas masih disumbang dari proyek BUMN dengan porsi 49%, disusul oleh pemerintah sebesar 36% dan swasta sebesar 15%.
"Pencapaian kontrak baru perusahaan sd November ini salah satunya ditopang oleh segmen unggulan PTPP, yaitu seaport. Adapun dua proyek seaport yang berhasil diraih, yaitu, proyek Patimban Phase 2 Paket 6 sebesar Rp823 miliar dan proyek Jetty di Kalimantan Timur sebesar Rp682 miliar," ujarnya, Jumat (18/11/2022).
Sementara, hingga kuartal III tahun 2022, PP telah mencatatkan Laba Bersih sebesar Rp211 miliar atau naik sebesar 2,94% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan itu ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha sebesar 20% menjadi Rp13,46 triliun per September 2022 dibanding pencapaian di periode yang sama tahun 2021, yaitu sebesar Rp11,21 triliun.
Sedangkan kontribusi pertumbuhan pendapatan usaha PP sebesar Rp13,46 triliun berasal dari induk usaha sebesar 56% dan sisanya sebesar 44% berasal dari anak usaha.
"Di tengah semua tantangan yang ada saat ini, PP masih terus berusaha untuk mencapai kinerja perusahaan yang ditargetkan oleh Manajemen," kata Bakhtiyar.
Dia menambahkan perseroan juga telah mengeluarkan belanja modal (capex) sebesar Rp2,65 triliun meningkat 47,39% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1,80 triliun.
Baca Juga: Menteri BUMN Apresiasi Kinerja Holding Ultra Mikro Dongkrak Inklusi Keuangan
Adapun belanja modal tersebut sebagian besar telah direalisasikan untuk membiayai investasi yang tengah berjalan (carry over).
Di tahun 2022 ini, PP menargetkan penyerapan belanja modal sebesar Rp4,3 triliun yang direncanakan akan digunakan untuk penyertaan investasi pada anak esaha, entitas, dan afiliasi.
Berita Terkait
-
Pramono Anung Kukuhkan 1.005 Pelajar Jadi Duta Ketertiban: Jadi Mitra Satpol PP
-
Emiten PPRE Raih Kontrak Baru Garap Proyek Anak Usaha ANTM di Halmahera Timur
-
Muhammadiyah Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Jasanya untuk RI Tak Terbantahkan
-
Public Expose Waskita Karya: Perkuat Kontribusi dalam Pembangunan Bangsa, NKB Mencapai Rp5,6 Triliun
-
Heboh Suami Ceraikan Istri Usai Diterima PPPK Satpol PP, Memang Berapa Gajinya?
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Bunga Acuan Sudah Turun 5 Kali, BI Minta Perbankan Cepat Turunkan Bunga
-
7 Ide Usaha Modal 1 Juta, Anti Gagal dan Auto Cuan
-
Cara Daftar WiFi Internet Rakyat, Surge Buka Akses Biaya Rp100 Ribu per Bulan
-
Operasikan 108 Kapal, PIS Angkut Energi 127,35 juta KL Sepanjang Tahun 2025
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Kilang Minyak Indonesia Tetap Relevan di Tengah Pergeseran ke EBT
-
Blockchain Dianggap Mampu Merevolusi Pengelolaan Data Nasional, Benarkah?
-
Dukung Kemajuan Industri Sawit, BRI Fasilitasi Sindikasi Pembiayaan Rp5,2 Triliun bagi PT SSMS
-
Perlukah BBM Bobibos Lakukan Pengujian Sebelum Dijual, Begini Kata Pakar
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi