Suara.com - Kewirausahaan bukan sekedar tentang bagaimana memulai bisnis dan memotivasi manusia untuk menjadi wirausaha, melainkan juga mencakup keberanian dan kemampuan untuk mengambil risiko.
Untuk mendorong penumbuhan risk taking behaviour ini diperlukan adanya ekosistem kewirausahaan yang mendukung dan merangsang keberanian, rasa ingin tahu dan kreativitas. Maka dari itu stigma “takut gagal” dalam memulai usaha perlu diruntuhkan dengan pemahaman dan kemampuan mengelola risiko serta dukungan ekosistem yang ramah kewirausahaan.
Sebelum lebih jauh menguraikan upaya untuk menciptakan ekosistem ramah kewirausahaan, maka kita perlu menyelami lebih dulu apa itu risiko dalam berwirausaha. Risiko kerap kali dikaitkan sebagai dampak dari ketidakpastian dalam dunia bisnis. Maka dari itu manajemen risiko menjadi penting sebagai upaya memitigasi risiko yang dapat mengganggu keberlangsungan usaha.
Tidak sedikit masyarakat yang memiliki minat sebagai wirausaha namun masih enggan dan tidak siap menghadapi risiko. Inilah yang seringkali menjadi faktor penghambat tumbuhnya wirausaha selain pengetahuan, modal usaha dan keterampilan.
Ancaman kegagalan yang dialami wirausaha dapat dikaitkan dengan lemahnya pengelolaan risiko. Dalam hal ini peran dunia pendidikan, mentor, konsultan dan enabler bisnis dituntut untuk mampu memberikan pemahaman dan pendekatan terkait pengelolaan bisnis berbasis risiko. Pengelolaan bisnis berbasis risiko memerlukan strategi yang dapat dilakukan melalui pengembangan rencana kontingensi.
Rencana kontingensi ini berupa serangkaian strategi yang disiapkan untuk merespon situasi yang tidak diinginkan atau tidak terduga dengan tujuan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap keberlangsungan usaha. Wirausaha perlu mengidentifikasi risiko yang dapat mempengaruhi bisnis, seperti risiko finansial, operasional, reputasi, atau risiko lain terkait dengan sektor bisnis. Selanjutnya setiap risiko perlu dinilai tingkatan dampak dan probabilitasnya. Ini membantu wirausaha untuk menentukan risiko mana yang paling kritis dan perlu mendapat perhatian lebih.
Adapun perangkat dan tindakan mitigasi risiko dapat dilakukan melalui adanya asuransi, diversifikasi bisnis, pemantauan, pengendalian, investasi teknologi, keamanan informasi, komitmen terhadap kepatuhan serta strategi lainnya sesuai dengan karakteristik bisnis.
Dengan adanya pemahaman terkait manajemen risiko, wirausaha akan mampu menginternalisasi kontingensi tersebut ke dalam diri dan organisasinya agar menjadi individu atau organisasi yang risk taker.
Satu hal yang perlu digarisbawahi dari mindset risk taker ini bahwa risk taking behaviour bukan diartikan sebagai segala upaya yang dilakukan untuk menghindari timbulnya risiko usaha, melainkan penekanannya pada menumbuhkan jiwa dan strategi untuk menghadapi risiko yang ada maupun yang belum dapat diprediksi. Sebagaimana karakter risiko, maka risiko bagi wirasuaha ada yang dapat dihindari, dikurangi, dialihkan, maupun diterima.
Baca Juga: Hadirkan Solusi Perbankan di BCA Demo Day SYNRGY Accelerator 2023
Process Support
Tantangan yang perlu dihadapi oleh para pemangku kepentingan dalam ekosistem wirausaha ini adalah dengan memberikan lingkungan yang ramah kewirausahaan dari segi pengendalian risiko. Salah satu pilar utama dalam penumbuhan wirausaha berbasis risiko adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang berfokus pada manajemen risiko dan keterampilan pengambilan keputusan untuk membangun kesiapan menghadapi ketidakpastian dalam dunia bisnis. Sebagai contoh, strategi menghadapi 5-10 tahun sebagai risiko dampak dari gempuran Artificial Intelligence (AI), atau risiko kemungkinan adanya pandemi baru seperti halnya pandemi covid-19 yang sempat melemahkan perekonomian UMKM.
Salah satu program Pemerintah di bidang pendidikan yang responsif terhadap kewirausahaan yaitu Beasiswa Kewirausahaan oleh Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP), program ini diperuntukan bagi warga negara Indonesia yang bergerak di bidang kewirausahaan untuk menempuh jenjang magister luar negeri. Konsep ini ada baiknya diadopsi oleh pemerintah daerah semisal untuk jenjang sekolah menengah atas, sehingga dapat mengasah risk taking behaviour peserta didik dan keterampilan mitigasi risiko sejak dini.
Ekosistem ramah kewirausahaan juga melibatkan aktivitas mentorship, inkubasi dan peran komunitas yang aktif dari para profesional sampai dengan dukungan pemerintah. Aktivitas ini tidak hanya memberikan panduan praktis tetapi juga memberikan inspirasi dan dukungan emosional dalam membentuk risk taking behaviour.
Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan tersebut perlu didukung dengan lingkungan yang kolaboratif. Ekosistem yang ramah kewirausahaan harus mempromosikan budaya kolaborasi. Kolaborasi membuka peluang untuk berbagi ide, sumber daya, dan risiko dalam memperkaya pengalaman, menumbuhkan jiwa berwirausaha dan mengurangi beban risiko secara bersama-sama.
Peran penting sebagai pelayan publik, Pemerintah perlu berinovasi pada kebijakan yang memberikan kemudahan dan keamanan wirausaha untuk menumbuhkan risk taking behaviour. Salah satu aspek penting yang memerlukan inovasi kebijakan yaitu dukungan pembiayaan dan jaminan berusaha. Wirausaha risk taker membutuhkan dukungan finansial yang lebih fleksibel. Disamping dana hibah dan suku bunga yang rendah, regulasi perlu mengatur skema pembiayaan yang mendorong wirausaha mengambil risiko tanpa terjebak dalam beban keuangan. Dari segi keringanan fiskal misalnya, bentuk pemberian insentif pajak kepada wirausaha pemula dapat menjadi alternatif.
Berita Terkait
-
Dorong Program Entrepreneurship Perbengkelan, Pertamina Ajak Lapas Sidoarjo Bikin Bengkel Enduro Perdana di Jatimbalinus
-
Workshop Kewirausahaan Ganjar-Mahfud Bertransformasi Jadi Mesin Pencipta Lapangan Kerja
-
Paparkan Ekosistem EV Tanah Air di COP 28 Dubai, Pertamina NRE Persiapkan Motor Listrik
-
Inovasi Digital BRI: Meretas Jalan bagi Masyarakat yang Belum Melek Teknologi
-
Tampil di Paviliun Indonesia COP 28 Dubai, Astra Hadirkan Ekosistem Kendaraan Listrik dan KBA Proklim
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
Terkini
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026
-
Trend Asia Kritisi Proyek Waste to Energy: Ingatkan Potensi Dampak Lingkungan!
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Kuartal Panas Crypto 2025: Lonjakan Volume, Arus Institusional dan Minat Baru Investor
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya