Suara.com - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menganggap fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan robongan hanya nanya (Rohana) hal yang biasa dan tidak perlu dikhawatirkan.
Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, menjelaskan sebenarnya Rojali dan Rohana ini bukan hal yang baru, dan terjadi di setiap saat.
Sebab, terangnya, pusat perbelanjaan tak hanya untuk berbelanja, tetapi untuk rekreasi maupun edukasi.
"Jadi yang datang ke pusat belanja itu tidak melulu, belum tentu belanja. Jadi ada fungsi-fungsi lain, makanya ada Rojali tadi. Jadi Rojali itu bukan sesuatu yang baru," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Menurut Alphonzus, memang fenomena Rojali dan Rohana ini terjadi saat masa sepi penjunggung atau setelah masa libur (low season).
Apalagi, ia menilai pada tahun ini masa low season sangat panjang, karena pergesaran konsumsi masyarakat pada masa ramadan dan lebaran.
Hal itulah, sebut Alphonzus, yang membuat fenomena Rojali dan Rohana itu makin meningkat pada saat-saat ini.
"Sekarang ini kita sedang berada di low season. Beberapa kali saya pernah sampaikan juga bahwa tahun ini low seasonnya itu bertambah panjang," jelasnya.
"Karena Ramadhan dan libur fitrinya datang lebih awal. Jadi ada tambahan low season 2,5 bulan yaitu April, May sampai dengan pertengahan Juni. Pertengahan Juli kan sudah libur sekolah, kalau libur sekolah biasanya mulai meningkat lagi," sambung Alphonzus.
Baca Juga: Penyebab Fenomena Rojali dan Rohana Menurut Wakil Menteri Perdagangan
Dengan alasan itu, Ia membantah bahwa naiknya Rojali dan Rohana ini bukan karena daya beli yang lesu. Lebih dikarenakan masa low season yang panjang dan kekinian sudah masuk masa low season yang kedua.
"Nah, libur sekolah kan sudah selesai di pertengahan Juli kemarin, jadi sekarang kita masuk low season kedua, kelas kedua. Tetapi kembali lagi, Rojali dan Rohana ini bukan hanya terjadi di kelas menengah bawah, di kelas menengah atas pun terjadi Rojali dan Rohana tetapi itu lebih faktornya bukan karena daya beli," pungkas Alphonzus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Ekonomi Global Bakal Melambat di 2026, Bagaimana Kondisi Indonesia?
-
OJK Optimis Kondisi Perbankan Indonesia Meningkat di Tahun 2026
-
Berkah Libur Panjang, Aliran Modal Asing Masuk ke Indonesia Tembus Rp3,98 Triliun
-
SIG dan Agrinas Bakal Garap Pembangunan Koperasi Merah Putih
-
2.263 Pinjol Ilegal Dibasmi! Ini Modus Penagihan Baru Debt Collector yang Harus Anda Waspadai
-
Program MBG: Bukan Pemicu Inflasi, Justru Jadi Mesin Ekonomi Rakyat
-
Pertamina Bawa Pulang Minyak Mentah Hasil Ngebor di Aljazair
-
OJK Beberkan Update Kasus Gagal Bayar P2P Akseleran
-
Relokasi Rampung, PLTG Tanjung Selor Berkapasitas 20 Mw Mulai Beroperasi
-
Pusing! Pedagang Lapor Harga Pangan Melonjak di Nataru, Cabai Rawit Tembus Rp 80.000/Kg