Bisnis / Keuangan
Senin, 20 Oktober 2025 | 12:48 WIB
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/3).
Baca 10 detik
  • IHSG melesat 1,97 persen, kembali ke level 8.071.

  • Kenaikan dipicu meredanya tensi perang dagang AS-China.

  • Pasar menanti hasil RDG BI dan sinyal stimulus China.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menghijau pada perdagangan sesi I, Senin, 20 Oktober 2025. IHSG menguat ke 155 poin atau 1,97 persen ke level 8.071.

Suara.com - Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya menyebut, kenaikan IHSG ini karena tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mereda. Terlebih, Presiden AS Donald Trump mengatakan tarif impor 100 persen terhadap barang asal China tidak akan berkelanjutan.

"Tentunya ini tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan AS dan China. Sementara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng akan bertemu minggu ini menjelang kemungkinan pertemuan Trump-Xi akhir bulan ini," tulis Pilarmas Investindo dalam risetnya.

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Di sisi lain, ungkap Pilarmas Investindo, pasar berharap stimulus lanjutan dari China untuk mendukung kebangkitan ekonomi setelah Biro Statistik Nasional China mengungkapkan pertumbuhan ekonomi secara kuartalan (QoQ/III-2025) mencatat pertumbuhan 1,1 persen, sedikit lebih tinggi dari perkiraan 0,8 persen dan di atas revisi pertumbuhan 1,0 persen pada kuartal II. Namun secara tahunan tumbuh 4,8 persen melambat dari 5,2 persen pada kuartal II.

Dari dalam negeri, pasar menantikan arah kebijakan moneter selanjutnya. Pasar menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) 21-22 Oktober 2025. Tentunya ini dinantikan oleh pasar akan kebijakan moneter BI sehubungan dengan suku bunga acuannya.

Pasar menilai BI terus mencermati ruang penurunan BI-Rate lebih lanjut dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar Rupiah, prospek inflasi, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Dan juga keputusan terkait BI-Rate tentunya  fokus pada kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali," tulis Pilarmas Investindo.

Pada sesi pertama hari ini, saham-saham yang mengalami kenaikan terbesar WAPO, GTSI, BLUE, OPMS, SSTM. Sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan terbesar GPSO, MLPT, TEBE, PGUN, JARR.

Baca Juga: IHSG Bangkit Pada Awal Perdagangan Senin, Berikut Saham-saham yang Cuan

Load More