Bisnis / Makro
Selasa, 30 Desember 2025 | 12:51 WIB
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. [Suara.com/Yaumal Asri Adi Hutasuhut].
Baca 10 detik
  • Kementerian ESDM menargetkan penghentian impor BBM jenis solar pada tahun 2026 dengan peningkatan kualitas menjadi Euro 5.
  • Tantangan utama implementasi adalah kesiapan infrastruktur kilang yang memerlukan pemutakhiran teknologi sesuai komitmen pemerintah.
  • Penghentian impor bergantung operasional Kilang Balikpapan; jika surplus, Indonesia tidak lagi mengimpor solar setelah 2026.

Suara.com - Kementerian ESDM berencana menghentikan impor BBM jenis solar pada 2026. 

Bersamaan dengan itu juga ditargetkan peningkatan kualitas solar yang diproduksi dalam negeri menjadi Euro 5. 

Sejauh ini, produk solar yang beredar memiliki angka setana (Cetane Number) 51. 

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengakui kesiapan infrastruktur kilang yang ada saat ini, menjadi tantangan utama. 

Namun, dipastikannya pemerintah berkomitmen penuh untuk melakukan pemutakhiran teknologi kilang agar standar lingkungan yang lebih baik dapat tercapai.

"Upaya kita akan ke sana (Euro 5). Memang sekarang infrastruktur kilang kita belum sepenuhnya memadai untuk itu, tapi upayanya akan kesana (Euro 5), terus kita lakukan yang terbaik ya," kata Bahlil lewat keterangannya yang dikutip, Selasa (30/12/2025). 

Ilustrasi solar (Antara)

Di samping itu, terkait dengan rencana penghentian impor solar pada 2026, tergantung dengan kesiapan operasional Kilang Balikpapan yang masuk dalam Refinery Development Master Plan (RDMP). 

Bahlil menyebut, Indonesia akan mengalami surplus solar,  jika Kilang Balikpapan sudah beroperasi sepenuhnya. 

"Solar nanti tahun 2026 itu, kalau RDMP kita sudah jadi, kita akan surplus kurang lebih sekitar 3 sampai 4 juta (kiloliter). Jadi, agenda kami di 2026 itu tidak ada impor Solar lagi," kata Bahlil. 

Baca Juga: Bahlil Sebut Stok BBM RI Aman 20 Hari Kedepan

Meskipun pemerintah menargetkan penghentian  impor solar pada 2026, Bahlil menyatakan bahwa pelaksanaannya sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur dan jadwal operasional kilang Pertamina. 

Saat ini, Kementerian ESDM tengah berkoordinasi dengan Pertamina untuk mematangkan persiapan teknis. 

Jika kilang baru mulai beroperasi penuh pada Maret 2026, impor dalam volume kecil masih akan dilakukan pada  awal tahun demi memastikan   stabilitas stok nasional.

""Tergantung dari Pertamina ya. Kalau katakanlah bulan Maret baru bisa (beroperasi penuh), berarti Januari dan Februari mungkin masih ada sedikit (impor) yang kita eksekusi. Tapi itu perlu saya exercise ya. Kalau memang Januari-Februari tidak perlu impor, ya tidak usah," jelasnya.

Load More