Suara.com - Subdit Cyber Crime Ditrektorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menangkap tiga tersangka penipu melalui akun Facebook. Mereka berinisial RN (43), NM (20), dan ARC (31). ARC (31) berkebangsaan Nigeria.
"Pelaku kami tangkap di kawasan Kelapa Gading, di Apartemen Nias," kata Kepala Sub Direktorat Cyber Crime Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Suharyanto di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (16/5/2016).
Kasus ini berawal dari laporan korban berinisial NP (37) pada 10 Mei 2016. Setelah penyidik melakukan pengintaian. NP ini seorang guru.
Tersangka berhasil dibekuk di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Sabtu (14/5/2016).
Suharyanto menjelaskan modus operandi kejahatan ini ialah ARC memakai akun Facebook palsu dengan nama Eldho Markose. ARC melakukan komunikasi secara intensif dengan NP sejak tahun 2015.
"Dia (ARC) mengaku seorang tentara Amerika Serikat yang bertugas di Afghanistan. Pelaku juga berencana akan menikahi korban," ujar Suharyanto.
Kepada NP, kata Suharyanto, ARC juga menjanjikan akan mengirimkan uang 1,5 juta dolar AS.
"Itu kata pelaku (ARC) rencana untuk investasi, menyumbang panti asuhan, biaya menetap ARC di Indonesia, dan untuk biaya pernikahan pelaku dengan korban," kata Suharyanto.
Uang tersebut, katanya, akan dikemas dalam box dan dikirimkan lewat agen bernama Max. Nanti, Max akan naik pesawat ke Bandara Ngurah Rai, Bali. Dari situlah, korban mulai dimintai uang.
"Untuk paket itu ke luar, korban diminta mengeluarkan sejumlah uang sebagai biaya administrasi," kata Suharyanto.
"Itu hanya modus nggak ada uang sebanyak itu yang dikirimkan ke Bandara Ngurah Rai. Ini fiktif," Suharyanto menambahkan.
Pelaku berinisial NM berperan sebagai petugas bea cukai di Bandara Ngurah Rai. Dia bertugas memberitahu NP bahwa paket berisi uang 1,5 juta dolar AS sudah sampai dan baru bisa diambil setelah dipenuhi biaya administrasi, asuransi antiteroris, dan money loundring.
"Korban langsung mengirimkan uang ke sejumlah rekening yang telah disediakan oleh tersangka RN. Uang yang ditransfer korban sejak 19 April hingga 4 Mei 2016 telah mencapai Rp650 juta," kata Suharyanto.
Belakangan, korban mulai curiga karena paket tak kunjung datang, padahal sudah membayar uang.
"Baru satu korban yang melapor. Melihat kejahatan yang sudah dilakukan sejak 2015, kami masih mendalami apakah ada korban-korban lain," ujar Suharyanto.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf