Ilustrasi KPK [suara.com/Nikolaus Tolen]
Komisi Pemberantasan Korupsi sampai hari ini belum mengetahui lokasi persembunyian supir Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi, Royani. Royani sudah dua kali dipanggil dan tidak pernah mau memenuhi panggilan.
"Kalau sudah tahu ya sudah diambil dong," kata Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan di DPR, Selasa (7/6/2016).
Dia membantah KPK kesulitan mencari Royani. Apalagi ada dugaan Royani dibekingi orang kuat sehingga berani mangkir terus dari panggilan KPK.
"Nggak ada beking-bekingan, sepanjang bisa dibuktikan, nggak ada beking-bekingan," tuturnya.
Royani merupakan orang kepercayaan Nurhadi. Dia diduga tahu banyak tentang pertemuan-pertemuan Nurhadi. Selain itu, dia juga diyakini tahu mengenai kasus penyuapan pengajuan Peninjauan Kembali di MA yang sudah menjadikan pejabat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution sebagai tersangka.
Keterangan Rohani diperlukan untuk melengkapi pemberkasan kasus tersebut.
Nurhadi sendiri telah diminta KPK untuk dicegah berpergian ke luar negeri dalam kurun waktu enam bulan ke depan. Istrinya juga telah diperiksa, bahkan rekening istrinya telah ditelusuri.
Sebelum memeriksa Nurhadi dan istrinya, kantor dan rumah Nurhadi digeledah KPK.
Kasus suap pengurusan perkara di PN Jakarta Pusat terungkap berkat operasi tangkap tangan pada 20 April 2016. KPK mencokok Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution dan Direktur PT. Kreasi Dunia Keluarga Doddy Aryanto Supeno.
Saat ditangkap, Edy diduga menerima uang sebesar Rp50 juta dari Doddy. Sebelumnya itu, dia diduga juga menerima Rp100 juta dari Doddy.
Usai penangkapan, KPK bergerak mengembangkan perkara. Mereka menggeledah sejumlah tempat, termasuk kantor dan rumah Nurhadi.
Penyidik menemukan dan menyita uang dalam bentuk beberapa mata uang asing senilai Rp1,7 miliar dari rumah Nurhadi. Wakil Ketua KPK Laode Muhamad Syarif menyebut uang tersebut diduga terkait suatu perkara.
KPK tengah menelusuri keterkaitan uang tersebut dengan kasus suap ini. Tidak tertutup kemungkinan ada keterkaitan secara tidak langsung antara Edy dan Nurhadi.
"Kalau sudah tahu ya sudah diambil dong," kata Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan di DPR, Selasa (7/6/2016).
Dia membantah KPK kesulitan mencari Royani. Apalagi ada dugaan Royani dibekingi orang kuat sehingga berani mangkir terus dari panggilan KPK.
"Nggak ada beking-bekingan, sepanjang bisa dibuktikan, nggak ada beking-bekingan," tuturnya.
Royani merupakan orang kepercayaan Nurhadi. Dia diduga tahu banyak tentang pertemuan-pertemuan Nurhadi. Selain itu, dia juga diyakini tahu mengenai kasus penyuapan pengajuan Peninjauan Kembali di MA yang sudah menjadikan pejabat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution sebagai tersangka.
Keterangan Rohani diperlukan untuk melengkapi pemberkasan kasus tersebut.
Nurhadi sendiri telah diminta KPK untuk dicegah berpergian ke luar negeri dalam kurun waktu enam bulan ke depan. Istrinya juga telah diperiksa, bahkan rekening istrinya telah ditelusuri.
Sebelum memeriksa Nurhadi dan istrinya, kantor dan rumah Nurhadi digeledah KPK.
Kasus suap pengurusan perkara di PN Jakarta Pusat terungkap berkat operasi tangkap tangan pada 20 April 2016. KPK mencokok Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution dan Direktur PT. Kreasi Dunia Keluarga Doddy Aryanto Supeno.
Saat ditangkap, Edy diduga menerima uang sebesar Rp50 juta dari Doddy. Sebelumnya itu, dia diduga juga menerima Rp100 juta dari Doddy.
Usai penangkapan, KPK bergerak mengembangkan perkara. Mereka menggeledah sejumlah tempat, termasuk kantor dan rumah Nurhadi.
Penyidik menemukan dan menyita uang dalam bentuk beberapa mata uang asing senilai Rp1,7 miliar dari rumah Nurhadi. Wakil Ketua KPK Laode Muhamad Syarif menyebut uang tersebut diduga terkait suatu perkara.
KPK tengah menelusuri keterkaitan uang tersebut dengan kasus suap ini. Tidak tertutup kemungkinan ada keterkaitan secara tidak langsung antara Edy dan Nurhadi.
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Otak Pembobol Rekening Dormant Rp204 M Ternyata Orang Dalam, Berkas Tersangka Sudah di Meja Kejagung
-
Janji Kapolri Sigit Serap Suara Sipil Soal Kerusuhan, Siap Jaga Ruang Demokrasi
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Terpuruk Pasca-Muktamar, Mampukah PPP Buktikan Janji Politiknya? Pengamat Beberkan Strateginya
-
Hapus BPHTB dan PBG, Jurus Jitu Prabowo Wujudkan Target 3 Juta Rumah
-
Buntut Bobby Nasution Razia Truk Aceh, Senator Haji Uma Surati Mendagri: Ini Melanggar Aturan!
-
Bongkar 7 Cacat Fatal: Ini Alasan Kubu Nadiem Makarim Yakin Menang Praperadilan
-
MK Hindari 'Sudden Death', Tapera Dibatalkan tapi Diberi Waktu Transisi Dua Tahun
-
Romo Magnis Ajak Berpikir Ulang: Jika Soekarno Turuti Soeharto, Apakah Tragedi '65 Bisa Dicegah?
-
Bye-bye Kehujanan di Dukuh Atas! MRT Jadi Otak Integrasi 4 Moda Transportasi Jakarta