Suara.com - Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengatakan puasa mengajarkan kejujuran. Sehingga ini momentum bagi umat Islam untuk bisa menjalankan ibadah puasa dengan menyebarkan kebaikan.
"Puasa merupakan momentum bagi umat Islam untuk mengajarkan kejujuran dan memaknainya sebagai suatu kegiatan awal untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan," kata Sinta Nuriyah dalam kegiatan sahur bersama kaum dhuafa di Pondok Pesantren Raudatul Ulum di Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Rabu (6/6/2018) malam.
Menurutnya kegiatan sahur bersama secara tidak langsung memaknai suatu penyampaian pesan kebaikan dalam wadah ibadah berpuasa, sehingga sahur menjadi momentum awal dari sebuah kegiatan beribadah puasa, yang artinya suatu pesan kebaikan disampaikan pada awalnya.
"Saya menjalankan kegiatan sahur bersama ini sudah 19 tahun. Biasanya saya sahur bersama dengan kaum dhuafa, kaum yang termarginalkan, kaum yang terpinggirkan, misalnya sahur dengan kuli-kuli bangunan, mbok-mbok bakul, tukang becak, pengamen, pemulung, penderes gula, penambang pasir, nelayan, dan masih banyak lagi," tuturnya.
Melalui kegiatan sahur bersama dengan kaum dhuafa dan terpinggirkan, lanjut dia, juga mengaplikasi Bhineka Tunggal Ika karena dengan keberagaman yang sangat kompleks harus bisa saling menghargai satu sama lain, antarsuku dan agama.
"Mereka adalah saudara-saudara kita yang terpinggirkan dan tidak pernah ditengok. Sehingga kami mendatangi mereka untuk bersilaturahmi sambil berbagi rasa dan salam hangat bagi mereka," katanya.
Menurut istri Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid itu, tradisi sahur bersama kaum dhuafa mengajarkan nilai silaturahmi yang saat ini sudah lama hilang di tengah-tengah masyarakat.
"Dengan keberagaman yang sangat kompleks, kita harus tetap bisa saling menghargai satu sama lain, antar suku, dan agama," tuturnya.
Sinta juga mengingatkan masyarakat Indonesia, khususnya warga di Kabupaten Jember untuk tidak menjadi orang yang memiliki kepribadian pengemis.
"Saya pernah berkunjung dan sahur bersama dengan sekelompok pengemis di lokasi yang bisa disebut juga kampung pengemis. Di sana mengemis menjadi sebuah profesi, bahkan hasil yang diperoleh dari mengemis lebih besar dari penghasilan seorang PNS," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Terkuak! Alasan Ustaz Khalid Basalamah Cicil Duit Korupsi Haji ke KPK
-
Periksa Dirjen PHU Hampir 12 Jam, KPK Curiga Ada Aliran Uang Panas dari Kasus Korupsi Kuota Haji
-
Mardiono Tanggapi Munculnya Calon Ketum Eksternal: PPP Punya Mekanisme dan Konstitusi Baku
-
Dirut BPR Jepara Artha Dkk Dapat Duit hingga Biaya Umrah dalam Kasus Kredit Fiktif
-
Muncul ke Publik Usai Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Eko Purnomo: Maaf Bikin Khawatir
-
KPK Wanti-wanti Kemenkeu soal Potensi Korupsi dalam Pencairan Rp 200 Triliun ke 5 Bank
-
Mendagri Jelaskan Pentingnya Keseimbangan APBD dan Peran Swasta Dalam Pembangunan Daerah
-
Dukungan Mengalir Maju Calon Ketum PPP, Mardiono: Saya Siap Berjuang Lagi! Kembali PPP ke Parlemen!
-
KPK Beberkan Konstruksi Perkara Kredit Fiktif yang Seret Dirut BPR Jepara Artha
-
Peran Satpol PP dan Satlinmas Dukung Ketertiban Umum dan Kebersihan Lingkungan Diharapkan Mendagri