Suara.com - Pakar keamanan siber Doktor Pratama Persadha mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi mengenai peretasan terhadap laman KPU setelah hari pemungutan suara Pemilu dan Pilpres 2019, 17 April pekan lalu.
"Banyak sekali isu yang menyesatkan di tengah masyarakat pascapencoblosan, baik melalui media sosial maupun WhatsApp," kata Pratama yang pernah menjabat Ketua Tim Lembaga Sandi Negara (sekarang BSSN) Pengamanan Teknologi Informasi (TI) KPU pada Pemilu 2014 kepada Antara di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (23/4/2019).
Menurut dia, selalu ada kemungkinan Komisi Pemilihan Umum RI mengalami serangan pada laman daring dan sistemnya, seperti instansi pemerintah lainnya.
Namun, konten yang dihadirkan ke publik oleh para buzzer yang kebanyakan anti-Capres dan Cawapres nomor urut 1 Jokowi – Maruf Amin, cenderung membodohi publik.
Sebelumnya, KPU diserang isu penghitungan yang salah dan laman diserang oleh peretas setelah hari "H" pencoblosan suara pilpres dan pemilu anggota legislatif, Rabu (17/4).
"Memang pemilu kita tidak menganut model 'e-election'. Namun, informasi yang disediakan KPU lewat webnya tetap sangat penting," kata Pratama yang juga dosen Etnografi Dunia Maya pada Program Studi S-2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Ia mencontohkan, pada saat pemilihan kepala daerah pada tahun 2017 dan 2018, laman daring KPU sempat "down" dan sulit diakses. Ketika itu, isu peretasan kembali hadir dengan model lama dan model baru.
Isu adanya serangan dari peretas Rusia dan Cina, kata Pratama, hadir kembali, apalagi sebelum gelaran pemilu, KPU juga sempat melontarkan hal ini.
Di lain sisi, lanjut dia, masyarakat yang panik dan tidak tahu secara teknis ikut terbawa isu yang sangat ramai di media sosial.
Baca Juga: Petugas KPPS Banyak yang Meninggal, Sandiaga Akan Salat Gaib Bersama Kyai
Salah satu yang paling jelas, kata dia, adalah gambar dan video "real time hacking" antarnegara. Banyak laman yang menyediakan ini, salah satunya Kaspersky Lab.
Masyarakat yang awam diberikan konten ini, dan diarahkan bahwa itu adalah bentuk serangan ke KPU. Bahkan, ada yang memberikan gambar "billing" warnet dan masyarakat percaya.
Menurut Pratama, faktor paling utama membuat laman KPU "down" adalah adanya lonjakan kunjungan sehingga server tidak sanggup lagi memproses. Hal ini harusnya diantisipasi KPU sejak lama karena sudah terjadi saat pilkada.
"Saya rasa serangan tetap ada walau tidak sebombastis seperti yang beredar di media sosial. Sebaiknya pengamanan disinergikan dengan pihak seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) maupun pihak ketiga yang profesional. Kita punya banyak SDM ahli pengamanan ini," tutur pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Pratama melihat KPU tidak banyak belajar dari peristiwa web KPU down sebelumnya. Akibatnya, sekarang publik yang bingung karena informasi yang sangat simpang siur.
Kerja sama dengan BSSN, kata Pratama, memang sudah ada walaupun tidak formal. BSSN sendiri punya tugas mengamankan infrastruktur penting, salah satunya sistem milik KPU.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar