Suara.com - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo kecewa dengan tuduhan makar yang ditujukan pada sejumlah purnawirawan TNI.
Ia mengatakan, tak ada yang berarti bagi TNI selain berhasil mengemban tugas demi persatuan bangsa dan negara. Maka dari itu, tak masuk akal baginya jika purnawirawan TNI dituduh sebagai dalang kasus makar.
"Enggak ada dalam kamusnya TNI itu makar, enggak ada. Kalau mau makar, wong dia persenjataannya lengkap, semua terlatih, gampang, tapi tidak ada," ujar Gatot Nurmantyo di Kabar Petang tvOne, Selasa (11/6/2019).
"Maka, dalam konteks ini, jangan sampai opini publik itu menuduh bahwa purnawirawan TNI lah yang menjadi dalang, kemudian yang nembak-nembakin," imbuhnya.
Gatot Nurmantyo juga mengaku tahu persis tentang para seniornya, yang ia sebut berdedikasi tinggi dan menyumbangkan jiwa dan raganya untuk negara.
Namun, hanya karena tak ada komunikasi publik yang menyejukkan, Gatot Nurmantyo mengatakan, mereka tiba-tiba dituduh sebagai dalang kasus makar.
Menurut keterangannya, tuduhan tersebut sangatlah menyakitkan, apalagi jika sudah sampai mendiskreditkan suatu institusi.
Pasalnya, ia menambahkan, para perwira TNI itu dianggap mengkhianati negara, padahal seumur hidupnya digunakan mati-matian untuk membela negara.
"Kata-kata makar itu sangat menyakitkan, sangat menyakitkan, sama saja dikatakan 'kamu pengkhianat'. Itu sangat menyakitkan," terang Gatot Nurmantyo.
Baca Juga: Kasus Makar Eks Kapolda Metro Jaya Sofyan Jacob, Polisi Periksa 20 Saksi
"Lebih baik dibilang 'kamu maling', mungkin enggak akan ke Presiden, tapi begitu dikatakan makar, saya, contohnya, sebagai ksatria kok dibilang (makar -red), habis sudah semuanya, perjuangan selama ini," tambahnya.
Diketahui, tiga mantan pejabat tinggi TNI dan Polri dituduh melakukan makar, atau berupaya menjatuhkan pemerintahan yang sah. Ketiga jenderal itu yakni Eks Kepala Staf Kostrad Kivlan Zen, Eks Danjen Kopassus Soenarko, dan Eks Kapolda Metro Jaya Sofyan Jacob.
Tudingan yang dialamatkan untuk mereka berkaitan dengan aksi demo 22 Mei di Jakarta, yang berlangsung ricuh pada 21 hingga 22 Mei 2019 lalu.
Berita Terkait
-
Fifi, Istri Pensiunan Tentara Jadi Broker Senjata Ilegal di Aksi 22 Mei
-
Luhut ke Purnawirawan FKB: Memang Hanya Mereka yang Purnawirawan
-
Purnawirawan Ini Ingatkan TNI Polri Jangan Jadi Tim Sukses
-
Tolak Hasil Pemilu Versi KPU, Purnawirawan Dalam FKB Ikut Turun Aksi 22 Mei
-
Sejumlah Purnawirawan TNI-Polri Sebut Terjadi Kecurangan Selama Pemilu 2019
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD
-
Ketua DPD: GKR Emas Buktikan Pena Juga Bisa Jadi Alat Perjuangan Politik