Suara.com - Kapten Destyo Usodo, pilot pesawat Airbus 330-300 milik maskapai Batik Air yang mengevakuasi 238 WNI dari Wuhan, Hubei, China—episentrum virus corona COVID-19—menceritakan pengalamannya saat melakukan misi kemanusiaan pada 1 Februari 2020.
Dia mengungkapkan, baru mendapatkan penugasan untuk menerbangkan pesawat evakuasi ke Wuhan secara mendadak.
Kapten Destyo bersama kru yang ditugaskan langsung berkumpul dan membahas strategi evakuasi bersama kementerian dan lembaga terkait.
"Ada rasa khawatir, rasa takut, tapi kita sudah siap dengan mitigasi mitigasi yang terjadi, kondisi terburuk sekalipun," kata Destyo saat ditemui di Kemenlu, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).
Proses keberangkatan dari Bandara Internasional Soekarno – Hatta ke Wuhan berjalan mulus dengan diawasi oleh TNI AU sejak tinggal landas pukul 13.00 WIB.
Namun, saat mendarat di Bandara Internasional Tianhe Wuhan pada pukul 18.00 waktu setempat atau sekitar pukul 19.00 WIB, Destyo mengaku kaget melihat bandara Wuhan yang sangat sepi.
"Pada saat itu di luar kondisi masih sangat diluar prediksi kami, saat itu kondisi sepi, semua sepi, dan tidak ada pergerakan pada saat itu, dan pada saat kita landing di bandara itu pun sepi sekali di terminal nyala semua lampu tapi tidak ada pergerakan," ungkapnya.
Setibanya di terminal, pesawat langsung melakukan persiapan untuk terbang lagi. Hanya dua orang teknisi yang turun dari pesawat untuk melakukan koordinasi pengecekan dengan teknisi bandara.
"Ada dua teknisi kami, dia harus turun mengecek, mengecek oli, disinfektan kargo dan segala macam, kemudian naik lagi ke dalam pesawat, dicek lagi disemprot lagi, kemudian saya berkoodinasi dengan staf wuhan, kapan kita mulai boarding pesawat," kata Kapten Destyo.
Baca Juga: Pesawat Batik Air Penyelamat WNI dari Wuhan Kembali Terbang Komersil
Kemudian WNI yang sudah menunggu untuk diterbangkan pulang ke Tanah Air baru memasuki pesawat sekitar pukul 02.00 WIB dini hari waktu setempat dan terbang pukul 03.00 WIB.
Saat proses pemuatan penumpang, Destyo berinisiatif mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan "Ayo Mulih Rek", "We Love You", dan "Wo Ai Ni" yang ditempelkan ke jendela kokpit, agar dibaca WNI yang berada di garbatara sebagai penyemangat.
"Salah satu komunikasi yang bisa kita lakukan untuk menyemangati mereka adalah melalui kertas, tulisannya: Ayo Mulih Rek, We Love You, terus ada tulisan China," ucapnya.
Di dalam pesawat, ratusan WNI itu langsung disuguhkan satu menu makanan untuk disantap selama penerbangan yang memakan waktu kurang lebih 5 jam tersebut.
Setelah makan, Kapten Destyo mengatakan penumpangnya langsung tertidur pulas hingga harus dibangunkan dengan pemberitahuan dari suaranya langsung saat akan mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam, Minggu (2/2/2020) sekitar pukul 08.30 WIB.
"Ngantuk juga capek ya dari proses evakuasi sampai naik pesawat itu kan hampir seharian jadi masuk pesawat makan sedikit tidur bangun-bangun sudah di Indonesia, terus saya announce 'hei bangun udah mau sampai nih'," tutupnya.
Sesampainya di Batam, seluruh tim evakuasi dan 238 WNI dari Wuhan langsung diterbangkan kembali ke lokasi observasi di Natuna, Kepri menggunakan pesawat TNI AU yang berada di sampingnya.
Sementara pesawat Batik Air Airbus 330-300 ditahan di Batam Aero Technic untuk diobservasi selama 14 hari demi memastikan tidak ada virus corona COVID-19 yang tersisa di pesawat.
Tag
Berita Terkait
-
Pesawat Batik Air Penyelamat WNI dari Wuhan Kembali Terbang Komersil
-
Menhub Akhirnya Blak-blakan Alasan Pilih Batik Air Jemput WNI di Wuhan
-
Cinta Datang Tak Pernah Tepat Waktu...Cerita WNI yang Dikarantina di Natuna
-
Dapat Fasilitas Karaoke, Ini Kisah Nugraha Selama Masa Karantina di Natuna
-
Sempat Dikarantina di Natuna, Ini Cerita Warga Sleman Sekembali dari Wuhan
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO