Suara.com - Peneliti Bidang Hukum The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Aulia Guzasiah, menilai penyelenggaran Pilkada serentak 2020 yang dijadwalkan pada akhir tahun sebaiknya ditunda atau dikaji terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan melihat kurva kasus Covid-19 di Indonesia yang masih terus meningkat.
Aulia mengaku khawatir apabila Pilkada serentak 2020 tetap diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19. Meskipun pihak penyelenggara pemilu sudah mengatur protokol kesehatan saat pemungutan suara, namun menurut ia akan tetap mengkhawatirkan.
"Bayangkan saja, ada sekitar 105 juta orang di 270 daerah (data DP4 Kemendagri), yang nantinya tetap harus bergerak dan berkumpul bersama-sama di suatu tempat pada hari pelaksanaannya," kata Aulia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/6/2020).
Aulia juga membayangkan kalau misalkan kondisi tersebut malah dikaitkan dengan dinamika politik sektoral dan intrik-intrik konflik yang niscaya akan terjadi selepas pemilihan.
Menurutnya kondisi itu malah akan memperkeruh situasi dan menggagalkan upaya pembatasan sosial yang sebenarnya sudah diusahakan dari beberapa bulan yang lalu.
Aulia tidak memungkiri apabila tidak ada satu orang pun yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Akan tetapi, ia menganggap tidak etis dan empatik apabila Pilkada Serentak 2020 dipaksa untuk tetap berjalan di tengah pandemi hanya untuk memuaskan hasrat dan agenda politik semata.
Karena itu Aulia menilai penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020 bisa dilangsungkan dengan menunggu kurva kasus Covid-19 di Indonesia benar-benar telah menurun.
"Paling tidak, tunggu dulu sampai angka kasus ini memperlihatkan tanda-tanda mereda. Apalagi sejak Perppu Nomor 2 Tahun 2020 terkait Pilkada yang dikeluarkan di awal bulan Mei kemarin, jumlah kasusnya belum juga kunjung mengalami penurunan. Bahkan cenderung semakin meruncing," pungkasnya.
Baca Juga: Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo dalam Menangani Covid-19 di Jawa Tengah
Berita Terkait
-
Pesepeda Pernah Jadi Korban Begal, Pemprov DKI: Tak Baik Main Sampai Malam
-
Misteri Lonjakan Corona di Jawa Timur, Menkes Terawan Sampai Turun Tangan
-
Kematian Akibat Corona Capai 2.404, Kolombia Perpanjang Lockdown
-
Anggaran APD Pilkada 2020 Belum Pasti, Ketua KPU Khawatir Petugas Dipidana
-
Polri Siapkan Dua Pertiga Kekuatan untuk Amankan Pilkada Serentak 2020
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Terbuai Ramalan Kiamat Seorang Pastor, Ratusan Warga Rela ke Hutan Tinggalkan Segalanya
-
Pemerintah Wajibkan Rapid Test di Dapur MBG, Perpres Darurat Segera Terbit
-
Modus Keji Predator Seks di Apartemen Kalibata: Imingi Hadiah Ultah, Rekam Aksi dengan Handycam!
-
Geger Keracunan Massal, Program Makan Bergizi Gratis Didesak Setop, Kantin Sekolah Jadi Solusi?
-
Dokter Tifa Tawarkan Obat Autoimun Manjur untuk Jokowi, Syaratnya Cuma Satu: Tobat Nasuha!
-
KPK Panggil Eks Dirut PGN untuk Kasus Korupsi Jual Beli Gas
-
Dituduh Cabul Hingga Diusir Warga, Benarkah Eks Dosen UIN Malang Ini Korban Fitnah Tetangga Sendiri?
-
Sebar ShopeePay: Tebar Saldo Gratis hingga 2,5 Juta, Klik Linknya Sekarang Juga!
-
Viral Perang Tetangga di Malang: Yai Mim Diusir Warga Dituduh Cabul, Ternyata Ini Akar Masalahnya
-
Di DPR, BGN Ungkap Ada 75 Kasus dan 6 Ribuan Siswa Keracunan MBG Sejak Januari-September