Suara.com - Kasus kematian Brigadir J atau Nopriansyah Yosua Hutabarat hingga kini masih diselimuti misteri. Meski kepolisian telah menetapkan sejumlah tersangka, motif sesungguhnya di balik peristiwa ini belum juga terkuak.
Salah satu tersangka yang ditetapkan oleh kepolisian adalan mantan Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo. Peristiwa pembunuhan terhadap Brigadir J juga terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo, yakni di bilangan Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Sejak awal, dalam kasus ini, mata publik telah mengarah kepada sosok Ferdy Sambo. Ada sejumlah skenario dan alibi yang ia ungkapkan untuk menutupi kasus ini.
Apa saja kebohongan Ferdy Sambo dalam kasus kematian Brigadir J? Berikut ulasannya.
Tidak ada baku tembak
Dalam konferensi pers yang digelar di Mabes Polri, pada Selasa (9/8/2022), Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa tidak peristiwa baku tembak di rumah dinas Ferdy Sambo, sehingga menewaskan Brigadir J.
Padahal sebelumnya, pada konferensi pertama kasus ini yang digelar pada Senin (11/7/2022), kepolisian menyatakan telah terjadi baku tembak antara Brigadir J dengan Bharada E di rumah Ferdy Sambo. Baku tembak itulah yang pada akhirnya mengakibatkan Brigadir J terbunuh.
Namun, fakta yang terjadi di TKP, menurut Kapolri, Ferdy Sambo memerintah Bharada E untuk menembak Brigadir J.
"Tim Khusus menemukan peristiwa yang terjadi adalah peristiwa penembakan terhadap Saudara J, hingga meninggal dunia, yang dilakukan oleh RE (Bharada E) atas perintah saudara FS (Ferdy Sambo)," kata Kapolri.
Baca Juga: Perkembangan Kasus Penembakan Brigadir J, Tim Khusus Kapolri Segera Limpahkan Berkas Perkara ke JPU
Kebohongan ini terungkap berkat keterangan Bharada E yang telah mengajukan diri sebagai justice collaborator.
Mengaku tak ada di lokasi kejadian
Ketika kasus ini pertama kali terungkap, narasi yang disampaikan oleh kepolisian adalah telah terjadi baku tembak di rumah Ferdy Sambo, antara Brigadir J dan Bharada E. Ketika baku tembak itu terjadi, Ferdy Sambo mengaku tidak ada di tempat kejadian perkara karena sedang melakukan tes PCR sepulang dari Magelang, Jawa Tengah.
Sambo mengaku baru mengetahui peristiwa baku tembak di rumahnya tersebut setelah ditelepon oleh istrinya, Putri Candrawathi.
Namun belakangan, diketahui bahwa Ferdy Sambo ada di lokasi kejadian, dan bahkan Sambo lah yang memerintahkan Bharada E untuk menembak Brigadir J.
Tak ada pelecehan seksual terhadap istri Ferdy Sambo
Ketika awal kasus ini mencuat, alibi mengenai pelecehan seksual begitu mengemuka dan seakan menjadi motif utama.
Pelecehan seksual itu disebut-sebut dilakukan oleh Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Chandrawathi. Hal itu pula yang beberapa kali disebut oleh kuasa hukum Putri Candrawathi.
Namun dugaan adanya pelecehan seksual itu pada akhirnya gugur setelah gelar perkara dalam kasus kematian Brigadir J dilakukan.
Berdasarkan hasil gelar perkara, dinyatakan tidak ditemukan adanya peristiwa pidana pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi. Oleh karena itu kepolisian akhirnya menghentikan kasus dugaan pelecehan seksual pada istri Ferdy Sambo.
CCTV dalam keadaan rusak
Satu lagi kebohongan Irjen Pol Ferdy Sambo adalah terkait dengan keberadaan dan kondisi CCTV di tempak kejadian perkara (TKP). CCTV di rumah dinas Ferdy Sambo itu disebut mati karena dekodernya rusak.
Namun klaim tersebut dipastikan bohong, sebab fakta yang ditemukan polisi bahwa CCTV tersebut dirusak oleh Ferdy Sambo, salah satunya dengan cara mengambil amera CCTV tersebut.
Kontributor : Damayanti Kahyangan
Tag
Berita Terkait
-
Perkembangan Kasus Penembakan Brigadir J, Tim Khusus Kapolri Segera Limpahkan Berkas Perkara ke JPU
-
Kasus Pelecehan Dihentikan, Kuasa Hukum Brigadir J Bakal Laporkan Balik Ferdy Sambo dan Istri Soal Berita Bohong
-
Akademisi Sebut Penetapan Ferdy Sambo Tersangka sebagai Upaya Perbaiki Citra Polri
-
Kabareskrim Sudah Temukan Jejak Irjen Ferdy Sambo dan Brigadir J di Magelang
-
Polisi Ingin Ferdy Sambo Dkk Segera Dilimpahkah ke Kejagung
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO