Suara.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menerapkan sistem jalan berbayar elektronik alias electronic road pricing (ERP).
Peraturan terkait dengan sistem ERP tersebut tercantum dalam rancangan peraturan daerah (Raperda) Pengendalian Lalu Lintas Secara Elektronik (PPLE) yang masih disusun oleh DPRD DKI Jakarta.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai aturan tersebut merupakan salah satu upaya mengatasi kemacetan di Ibu Kota.
Meskipun begitu, Djoko melihat sistem jalan berbayar ini merupakan kebijakan yang tidak populer karena mempunyai potensi mendapatkan pertentangan dari kalangan masyarakat.
Lebih lanjut, dikatakan oleh Djoko, penerapan ERP ini merupakan instrumen yang lebih maju dan juga lebih efisien dalam hal mengatasi kemacetan karena tidak membutuhkan banyak petugas pengawas.
Kondisi tersebut diketahui bertolak belakang dengan kebijakan pembatasan kendaraan dengan nomor polisi ganjil dan genap di tanggal-tanggal tertentu. Ia menilai ganjil genap lebih banyak memakan anggaran daerah.
Djoko menyebut bahwa selama ini gagasan kebijakan di Ibu Kota sudah banyak yang bagus. Namun, ia juga menyebut pada saat melakukan eksekusi, masih banyak yang tidak berani dikarenakan berisiko untuk tidak dipilih kembali.
Kebijakan ini kemudian diharapkan bisa menekan kemacetan dan mendorong masyarakat agar bisa menggunakan transportasi umum.
Namun sayang, penerapan kebijakan ini malah justru menuai pro dan kontra dari khalayak. Pemerintah bahkan menjadi sasaran amukan dari beberapa pihak yang tidak setuju dengan adanya kebijakan tersebut.
Baca Juga: Proyek SJUT yang Digarap Jakpro dan Sarana Jaya Molor, Pemprov DKI Bakal Evaluasi
Merespons adanya keramaian terkait dengan sistem ERP di sejumlah ruas jalan yang ada di Jakarta, politisi Demokrat Ardi Wirdamulia turut buka suara.
Ardi turut membuka suara melalui cuitannya, Ardi meminta agar publik berpikir lebih adil terkait dengan kebijakan tersebut. Ardi menerangkan bahwa rencana tersebut sepenuhnya urusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan bukan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Ardi menambahkan bahwa kebijakan tersebut sudah digagas oleh pemimpin DKI Jakarta sebelumnya, yaitu Anies Baswedan.
Cuitan tersebut sontak menjadi perhatian dari netizen. Dalam sebuah komentar, warganet mengungkap bahwa kebijakan tersebut buka digagas oleh Anies Baswedan, tetapi oleh gubernur-gubernur terdahulu.
“Program ini sudah digagas lama, sebelum Pak Anies malah. Tapi nggak berhasil dijalankan. Mungkin orang-orang kaya pemilik mobil keberatan. Juga produsen/ATPM mobil. Saya setuju ini dijalankan, sekalian memaksimalkan transportasi umum, mengurangi kemacetan. Bonusnya mengurangi polusi udara,” ucap warganet tersebut.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan tidak sepakat dengan penerapan jalan berbayar elektronik di Jakarta.
Berita Terkait
-
Proyek SJUT yang Digarap Jakpro dan Sarana Jaya Molor, Pemprov DKI Bakal Evaluasi
-
Ada Tujuh Tahapan Pembahasan ERP, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Akan Berbincang Bersama Pemerintah Pusat
-
Bila ERP Diberlakukan, Hasilnya Diusulkan untuk Meningkatkan Kualitas Transportasi Umum
-
Heru Budi Sebut Masih Ada Tujuh Tahapan Lagi untuk Berlakukan Jalan Berbayar di Jakarta
-
Dishub DKI Usul Tarif ERP hingga Rp 19 Ribu, Heru Budi: Masih Perlu Dibahas dengan Pusat
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional