Suara.com - Untuk mencegah pemanasan global yang parah, dunia membutuhkan solusi penghilangan karbon dalam skala besar. Namun hingga kini, potensi besar hutan muda sering kali diabaikan.
Sebuah studi baru yang dimuat di jurnal Nature Climate Change menemukan bahwa hutan sekunder muda, yang tumbuh di bekas lahan penebangan hutan tua, memiliki kapasitas penyerapan karbon yang luar biasa, terutama pada usia 20–40 tahun.
Hutan di usia ini bisa menyimpan hingga delapan kali lebih banyak karbon per hektar dibanding hutan yang baru mulai tumbuh kembali.
Sayangnya, menurut para ilmuwan, banyak kebijakan iklim dan metodologi pasar karbon global justru belum memasukkan potensi besar ini.
“Penelitian kami menggarisbawahi peran penting hutan sekunder muda dalam perang global melawan perubahan iklim,” kata Prof. Adriane Esquivel-Muelbert dari Universitas Birmingham.
“Kami mendesak para pembuat kebijakan untuk memprioritaskan perlindungan dan regenerasi hutan sekunder muda.”
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa lokasi dan usia hutan sangat menentukan kemampuan serapan karbon. Hutan tropis lembap, misalnya, mencapai kapasitas serapan karbon puncaknya lebih cepat daripada hutan di wilayah boreal dan Mediterania.
Jika dunia mulai meregenerasi sekitar 800 juta hektar hutan yang dapat dipulihkan pada tahun 2025, hingga 20,3 miliar ton karbon dapat dihapus dari atmosfer pada tahun 2050. Namun, keterlambatan berarti kehilangan peluang besar.
“Metodologi pasar karbon saat ini sering kali mengabaikan perlindungan hutan sekunder yang sangat muda,” kata Dr. Tom Pugh, rekan penulis studi ini.
Baca Juga: Indonesia Perkuat Kepemimpinan Global di Pasar Karbon: Apa yang Mesti Kita Ketahui?
“Studi ini menyoroti perlunya revisi agar potensi hutan muda tidak terbuang percuma.”
Para peneliti menggunakan lebih dari 100.000 data lapangan dan model hutan canggih untuk memetakan potensi serapan karbon dari hutan usia 5 hingga 100 tahun secara global.
Studi ini menjadi pengingat penting menjelang COP30 di Brasil: melindungi hutan muda sekarang lebih murah dan lebih efektif daripada menunggu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
-
Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
Terkini
-
KPK Bentuk Kedeputian Intelijen, Jadi Mata dan Telinga Baru Tangkap Koruptor
-
Minta Pemerintah Pikirkan Nasib Bisnis Thrifting, Adian: Rakyat Butuh Makan, Jangan Ditindak Dulu
-
Peneliti IPB Ungkap Kondisi Perairan Pulau Obi
-
Ngaku Dikeroyok Duluan, Penusuk 2 Pemuda di Condet: Saya Menyesal, Cuma Melawan Bela Diri
-
Kepala BGN: Minyak Jelantah Bekas MBG Diekspor Jadi Avtur Singapore Airlines, Harganya Dobel
-
Tegas Tolak Mediasi dengan Jokowi, Roy Suryo Cs Lebih Pilih Dipenjara?
-
PKS Minta Raperda Perubahan Wilayah Jakarta Ditunda: KTP hingga Sertifikat Diubah Semua, Bikin Kacau
-
Dukung Langkah Prabowo Setop Tradisi Kerahkan Siswa saat Penyambutan, KPAI Ungkap Potensi Bahayanya
-
KPK Sita Rumah hingga Mobil dan Motor yang Diduga Hasil dari Korupsi Kuota Haji
-
Usai KUHAP Rampung Dibahas, Kapan DPR Mulai Bahas RUU Perampasan Aset? Ini Kata Ketua Komisi III