- Demokrasi Indonesia di era kepemimpinan saat ini disebut tidak menunjukkan perbaikan.
- Hal ini ditandai dengan semakin terbatasnya oposisi di parlemen, yang secara efektif mengondisikan penggelembungan kekuasaan eksekutif.
- Cusdiawan juga menyoroti gaya kepemimpinan patronase yang dilanjutkan oleh Prabowo.
Dengan kata lain, stagnasi demokrasi yang sudah mulai terbaca sejak periode kedua kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kemudian semakin regresif di era Jokowi, dan kini dilanjutkan oleh Prabowo, adalah konsekuensi logis dari karakter demokrasi Indonesia yang sejak awal memang illiberal.
Menyikapi kondisi ini, Cusdiawan menawarkan solusi "redemokratisasi" melalui pembangunan gerakan masyarakat sipil (civil society) yang inklusif dan berkelanjutan.
Gerakan ini diharapkan mampu "mengganggu agenda-agenda politik yang bertolak belakang dengan demokrasi," serta mendorong pemerintah saat ini untuk memiliki komitmen menjalankan prinsip dan norma demokrasi, termasuk dalam pola pengambilan kebijakan publik.
"Dengan demikian, perubahan bisa kita harapkan berlangsung secara evolutif, atau setidak-tidaknya agar kerusakan dalam ekonomi dan politik kita tidak semakin parah," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Setahun Prabowo-Gibran: Kejutan di Sidang Kabinet dan Kode Retret Jilid 2?
-
1 Tahun Prabowo-Gibran, Kemensos Klaim 77 Ribu Warga Miskin Sudah Mandiri: Tak Lagi Terima Bansos
-
Bawa Spanduk Indonesia Gawat Darurat, Ini yang Jadi Sorotan BEM SI di Setahun Pemerintahan Prabowo
-
Setahun Prabowo-Gibran Dinilai Gagal dalam Penuhi Ekonomi Rakyat
-
Demo Satu Tahun Prabowo-Gibran, Sebagian Jalan Medan Merdeka Selatan Ditutup
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
Terkini
-
Menhut Raja Juli Rahasiakan 12 Perusahaan 'Biang Kerok' Banjir Sumatra, Alasannya?
-
ICW Soroti Pemulihan Korupsi yang Seret: Rp 330 Triliun Bocor, Hanya 4,84 Persen yang Kembali
-
Boni Hargens Kritik Keras Komite Reformasi Polri, Terjebak dalam Paralisis Analisis
-
Heboh 250 Warga Satu Desa Tewas Saat Banjir Aceh, Bupati Armia: Itu Informasi Sesat!
-
SLHS Belum Beres, BGN Ancam Suspend Dapur MBG di Banyumas
-
DPR Sentil Pejabat Panggul Beras Bantuan: Gak Perlu Pencitraan, Serahkan Langsung!
-
Investigasi Banjir Sumatra: Bahlil Fokus Telusuri Tambang di Aceh dan Sumut
-
Catatan AJI: Masih Banyak Jurnalis Digaji Pas-pasan, Tanpa Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
-
Geram Titiek Soeharto Truk Angkut Kayu Saat Bencana: Tindak Tegas, Bintang Berapa pun Belakangnya
-
Aplikasi AI Sebut Jokowi Bukan Alumnus UGM, Kampus Buka Suara