- Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, menyampaikan peringatan keras saat KTT Iklim PBB COP30 mengenai aksi yang belum memadai.
- Andersen menekankan bahwa menghentikan total penggunaan bahan bakar fosil adalah fokus utama yang harus segera dicapai semua pihak.
- Ia menyindir ketidakhadiran pemain besar seperti Amerika Serikat, menegaskan penyelamatan planet tidak boleh terhenti oleh isu domestik.
Suara.com - Di saat para pemimpin dunia lagi kumpul-kumpul cantik di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB ke-30 atau COP30, ada satu orang yang sepertinya nggak punya waktu buat basa-basi. Dia adalah Inger Andersen, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), alias "bos besar"-nya urusan lingkungan hidup sedunia.
Dan pesannya? Super nyelekit. Di tengah semua janji manis dan tepuk tangan, Andersen justru memberikan "semprotan" keras yang intinya cuma satu: waktu kita sudah di ujung tanduk, dan apa yang kalian lakukan sekarang itu sama sekali belum cukup!
Jangan Keburu Seneng Dulu!
Andersen mengakui, sejak Perjanjian Paris satu dekade lalu, memang ada beberapa negara yang mulai "tobat" dan meningkatkan komitmen iklim mereka. Tapi, ia dengan tegas menolak anggapan bahwa kita boleh merasa puas.
Menurutnya, kemajuan yang ada itu masih "seuprit" banget kalau dibandingkan dengan masalahnya yang sudah "segede gaban".
“Kenaikan ambisi memang terlihat, tapi skalanya belum sebanding dengan ancaman yang kita hadapi,” ujar Andersen.
Sebuah "tamparan" keras yang seolah ingin bilang, "Jangan keburu senang, perjalanan kita masih super jauh!"
'Musuh' Utamanya Cuma Satu: Bahan Bakar Fosil!
Andersen juga nggak mau lagi ada diskusi yang muter-muter. Menurutnya, semua perundingan, mau itu formal atau informal, harus punya satu tujuan akhir yang jelas: mengurangi dan akhirnya menghentikan total penggunaan bahan bakar fosil.
Baca Juga: Garis Pertahanan Terakhir Gagal? Batas 1,5C Akan Terlampaui, Krisis Iklim Makin Gawat
Baginya, inilah "biang kerok" dari semua masalah iklim. Selama kita semua masih "kecanduan" minyak, batu bara, dan gas, semua janji soal iklim itu cuma omong kosong.
“Kita semua termasuk sistem ekonomi global yang masih ketergantungan pada bahan bakar fosil. Karena itu, transisi menuju energi yang bersih harus dipercepat,” tegasnya.
'Sentilan' Halus buat Amerika Serikat yang Absen
Nah, di sinilah letak drama panggung dunianya. KTT Iklim sepenting ini justru tidak dihadiri oleh salah satu "pemain" terbesarnya, yaitu Amerika Serikat. Tentu saja, Andersen nggak tinggal diam.
Tanpa menyebut nama secara langsung, ia memberikan "sentilan" halus tapi super tajam. Menurutnya, keberlangsungan proses penyelamatan planet ini tidak boleh bergantung pada satu pihak saja.
Ia berharap semua 193 negara anggota PBB tetap aktif terlibat, nggak peduli apa pun drama politik yang sedang terjadi di dalam negeri mereka masing-masing. Pesannya jelas: mau ada yang ikut atau nggak, pertunjukan untuk menyelamatkan bumi harus tetap berjalan.
Berita Terkait
-
Gen Z dan Masyarakat Adat Ngamuk, Kepung KTT Iklim COP30 di Brasil: Apa Alasannya?
-
Suara Penyandang Disabilitas di Forum Iklim: Tuntutan Keadilan di Tengah Krisis
-
Ironi Dana Iklim: Hanya 10 Persen Kembali ke Kampung Masyarakat Adat
-
Desak Transisi Bersih, Aktivis Greenpeace Bentangkan Spanduk di PLTGU Muara Karang
-
Garis Pertahanan Terakhir Gagal? Batas 1,5C Akan Terlampaui, Krisis Iklim Makin Gawat
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
KemenPPPA Dukung Arahan Prabowo Setop Kerahkan Siswa Sambut Pejabat
-
Komdigi Kaji Rencana Verifikasi Usia via Kamera di Roblox, Soroti Risiko Privasi Data Anak
-
Detik-detik Pohon Raksasa Tumbang di Sisingamangaraja: Jalan Macet, Pengendara Panik Menghindar!
-
KPK Panggil 3 Kepala Distrik Terkait Kasus Korupsi Dana Operasional Papua
-
Pramono Ungkap Ada Orang Tidak Senang Ragunan Bersolek, Siapa?
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
Legislator PKB Beri Peringatan Keras ke Prabowo: Awas Jebakan Israel di Misi Pasukan Perdamaian Gaza
-
Pramono Ungkap Asal Usul Harimau Titipannya di Ragunan: Namanya Raja, Pakan Bayar Sendiri
-
Babak Akhir Perkara Korupsi ASDP, Pleidoi Ira Puspadewi Seret Nama Erick Thohir Jelang Sidang Vonis
-
Meski Anggap Sah-sah Saja TNI Bantu Ketahanan Pangan, Legislator PDIP Beri Catatan Kritis