Suara.com - Bupati Jember Muhammad Fawait atau Gus Fawait terus memperkenalkan cerutu Jember di berbagai kesempatan, baik saat menerima tamu di pendapa maupun ketika berkunjung ke sejumlah daerah. Baginya, julukan “Jember Kota Cerutu” bukan sekadar slogan. Identitas itu sudah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat, terutama di sentra tembakau seperti Ajung, Kalisat, dan Arjasa.
Di wilayah tersebut, tembakau tidak hanya menjadi komoditas ekonomi. Ia telah menjelma sebagai warisan budaya yang diwariskan lintas generasi.
“Cerutu bukan hanya produk tembakau, tapi simbol kerja keras, ketelatenan, dan seni tradisional. Inilah yang membedakan cerutu Jember dari produk lainnya,” ujar Gus Fawait, Rabu (19/11/2025)
Pada Juli 2025, Jember juga menggelar Festival Jember Kota Cerutu Indonesia (JKCI) yang bertujuan memperluas branding Jember sebagai pusat cerutu dunia.
Festival itu sekaligus membuka ruang bagi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis komoditas unggulan.
Untuk diketahui, cerutu Jember sudah lama menembus pasar global. Dari gudang-gudang tua peninggalan kolonial hingga pabrik modern yang menggulung daun tembakau setiap hari, Besuki Na-Oogst menjadi salah satu produk yang paling dicari di Belanda, Jerman, Amerika Serikat, Malaysia, hingga Kuba.
Sejarah panjang tembakau Jember bermula pada 1771 saat VOC mulai mengembangkannya di wilayah ini. Industrialisasinya melonjak pesat pada 21 Oktober 1859 ketika tiga pengusaha BelandaGeorge Birnie, Mathiesen, dan Van Gennep mendirikan NV Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD). Berdirinya perusahaan tersebut menjadi tonggak kelahiran industri cerutu modern di Jember.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember, Bobby A Sandy mengatakan bahwa dulunya hanya ada tiga daerah yang menanam tembakau berkualitas ekspor Deli Serdang, Temanggung, dan Besuki.
“Sekarang yang bertahan hanya Jember,” ujarnya
Baca Juga: Pemkab Jember Siapkan Air Terjun Tancak Sebagai Destinasi Unggulan Baru
Menurut Bobby, tembakau BNO memiliki karakter halus, netral, dan lembut di tenggorokan. Keunggulan ini membuatnya menjadi pilihan utama untuk pembungkus (wrapper) dan pengikat (binder) cerutu premium di pasar internasional.
Daunnya yang lentur, kuat, dan tidak mudah sobek menjadi alasan banyak perusahaan cerutu dari Eropa hingga Amerika terus bergantung pada pasokan Jember.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur mencatat ekspor tembakau Jember pada 2023 mencapai 3.028.537 kilogram dengan nilai devisa lebih dari 31,9 juta dolar AS atau sekitar Rp490 miliar. Tak hanya memasok bahan baku, sejumlah produsen lokal juga mulai menembus pasar internasional dengan merek sendiri. CV Dwipa Nusantara Tobacco (DNT), misalnya, berhasil mengekspor cerutu ke Malaysia pada Juli 2023 sebanyak 820 batang, dan ke Thailand pada Juli 2024 sebanyak 614 batang.
Meski potensinya besar, industri cerutu Jember masih menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari perubahan iklim, regulasi global terkait tembakau, fluktuasi permintaan pasar, hingga minimnya regenerasi petani.
Untuk menjaga keberlanjutan industri ini, Pemkab Jember mulai mengintegrasikan sektor tembakau dengan pariwisata budaya. Salah satu konsep yang sedang disiapkan adalah Cigar & Tobacco Heritage Tour, yang akan mengajak wisatawan melihat langsung proses pengolahan tembakau, mencicipi cerutu lokal, dan menikmati suasana gudang klasik yang menyimpan sejarah panjang pertembakauan Jember.
Dukungan terhadap penguatan ekosistem cerutu juga datang dari pemerintah pusat. Pada 7 Mei 2025 lalu Bupati Jember bertemu Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Luh Puspa, membahas sinergi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis produk unggulan seperti cerutu, kopi, dan kakao.
Berita Terkait
-
Pemkab Jember Siapkan Air Terjun Tancak Sebagai Destinasi Unggulan Baru
-
10 Wisata Alam Jember untuk Libur Akhir Tahun, dari Pantai Eksotis hingga Situs Megalitik
-
Rembangan Jember, Destinasi Sejuk Peninggalan Belanda yang Pernah Disinggahi Soekarno
-
Pemkab Jember Kebut Perbaikan Jalan di Ratusan Titik, Target Rampung Akhir 2025
-
Bupati Jember: Mulai 2026 setiap triwulan OPD dievaluasi bersama DPRD
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaik November 2025, Cocok Buat PUBG Mobile
-
Ratusan Hewan Ternak Warga Mati Disapu Awan Panas Gunung Semeru, Dampak Erupsi Makin Meluas
-
Profil Victor Hartono: Pewaris Djarum, Dicekal Negara Diduga Kasus Pajak
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
Terkini
-
Terbongkar! Sindikat Pinjol Dompet Selebriti: Teror Korban Pakai Foto Porno, Aset Rp14 Miliar Disita
-
Usut Kasus Korupsi Haji di BPKH, KPK Mengaku Miris: Makanan-Tempat Istirahat Jemaah jadi Bancakan?
-
Dissenting Opinion, Hakim Ketua Sebut Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Harusnya Divonis Lepas
-
Komisi III 'Spill' Revisi UU Polri yang Bakal Dibahas: Akan Atur Perpanjangan Batas Usia Pensiun
-
Jadi Pondasi Ekonomi Daerah, Pemprov Jateng Beri Perhatian Penuh pada UMKM
-
Buntut Demo Agustus Ricuh, 21 Aktivis Didakwa Hina Presiden dan Lawan Aparat
-
Demi Yakinkan Pensiunan, KPK Rela Pinjam Uang Tunai Rp300 Miliar untuk Dipamerkan
-
Drama Pohon Tumbang Usai, MRT Jakarta Kembali Normal Jelang Jam Pulang Kantor
-
Divonis 4,5 Tahun Penjara, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi 'Mengadu' ke Prabowo: Mohon Perlindungan
-
Tidak Diumumkan Besok? Menaker Bocorkan Kenaikan Upah Minimum 2026 Tidak Satu Angka, Ini Alasannya