Suara.com - Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Alihudin Sitompul mengatakan, guna mendorong terbentuknya kemandirian energi di masyarakat pemerintah mempertimbangkan pemberian insentif bagi pengguna panel surya.
"Pemerintah memang seharusnya beri insentif seperti pengurangan PPh, PBB, atau subsidi awal saat beli. Ini sedang digodok di internal kita, tapi kita belum dapat harga per watt peak," kata Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Alihudin Sitompul di Jakarta, Jumat (30/5/2014).
Kementerian ESDM, menurut dia, memang sedang mendorong penggunaan panel surya rooftop yang kapasitasnya cukup besar hingga lebih dari 1.000 watt.
Pemerintah mencoba untuk mengubah konsep berpikir masyarakat, terutama kalangan atas, bahwa mereka yang disebut kaya itu yang sudah mandiri energi. Dengan memasang panel surya di atap rumah mereka artinya mereka mampu menghasilkan energi sendiri dan tidak lagi mengandalkan subsidi listrik dari pemerintah.
"Jadi nantinya mereka yang sudah punya Porsche, Ferrari, Jaguar, Bentley belum bisa disebut kaya kalau belum mampu menghasilkan energi sendiri. Orang yang mandiri energi itu yang ke depan bisa disebut kaya," ujar Alihudin.
Karena itu, untuk mendorong munculnya masyarakat yang mandiri energi ini, Kementerian ESDM sedang memikirkan insentif yang pas.
"Kebanyakan negara memang insentifnya berupa potongan PPh, tapi kalau di sini mungkin PBB yang pas. Kalau rumahnya di Menteng kan terasa sekali kalau potongannya bisa sampai delapan juta rupiah, kalau di Bekasi sih mungkin tidak seberapa," ujar dia.
Meski demikian dengan harga untuk panel surya dengan baterai sekitar 2,5 sen dolar Amerika hingga lima sen dolar Amerika per watt peak masih lebih tinggi jika dibanding membeli listrik dari PT PLN yang disubsidi.
"Untuk operasi sampai 20--25 tahun harga tersebut memang masih di bawah harga listrik PLN yang pemerintah subsidi, tidak heran kalangan kelas atas pun masih memilih yang subsidi. Makanya di masa depan itu orang yang disebut kaya itu jelas yang bisa mandiri energi," ujar dia. (Antara)
Berita Terkait
-
Bahlil: Impor Minyak 1 Juta Barel per Hari Bikin Devisa Negara 'Bocor' Rp 776 Triliun per Tahun
-
Setelah Izin Dibekukan, Sejumlah Perusahaan Tambang Mulai Bayar Reklamasi
-
E10 Wajib 10 Persen: Kenapa Kebijakan Etanol Ini Dikhawatirkan?
-
Kementerian ESDM: Etanol Bikin Mesin Kendaraan jadi Lebih Bagus
-
Target Puncak Emisi Indonesia Mundur ke 2035, Jalan Menuju Net Zero Makin Menantang
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
Terkini
-
Pembobolan Rp 70 Miliar di RDN BCA Akibat Serangan Siber, Pihak Ini Tanggung Kerugian Nasabah
-
Bahlil: Biodiesel Bikin Devisa Negara Hemat 40,71 miliar Dolar AS
-
Bahlil: Impor Minyak 1 Juta Barel per Hari Bikin Devisa Negara 'Bocor' Rp 776 Triliun per Tahun
-
Lewat NextDev, Telkomsel Cetak Technopreneurs Unggul dengan Kurikulum Inovasi Berbasis AI
-
Percepat Swasembada Pangan, Mentan Pastikan Indonesia Siap Hentikan Impor Beras
-
OJK: Kerugian Akibat Scam Tembus Rp 6,1 Triliun
-
Izin 190 Perusahaan Tambang Dibekukan, Bahlil: Hutan Rusak, Siapa Tanggung Jawab?
-
Naik 15,6 Persen, Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Tembus 7,7 Juta Periode Juli-September
-
PP 39/2025 Terbit, Pemerintah Prioritaskan Stok Batu Bara untuk BUMN Energi dan Industri Strategis
-
Sempat ke Level Tertinggi, IHSG Akhirnya Ditutup Menguat Didorong Keperkasaan Rupiah