- Rupiah anjlok di Kamis pagi setelah sempat menguat pada penutupan perdagangan Rabu kemarin.
- Kebijakan Menkeu Purbaya belum bisa diterima pasar.
- The Fed akan menurunkan suku bunga 25 basis poin pada Oktober dan total 50 basis poin hingga akhir tahun.
Suara.com - Nilai tukar rupiah terus anjlok di pasar spot pada perdagangan hari ini, Kamis (25/9/2025), rupiah dibuka di level Rp 16.735 per dolar Amerika Serikat (AS).
Hal Ini membuat rupiah melemah 0,29 persen dibanding penutupan pada hari sebelumnya ke level Rp 16.685 per dolar AS. Ini jadi level terburuk rupiah sejak akhir April 2025.
Hingga pukul 09.20 WIB, mata uang Indonesia masih terkapar di Asia. Bahkan rupiah kalah dengan, won Korea Selatan yang menjadi mata uang dengan penguatan terbesar setelah melonjak 0,35%.
Sedangkan, peso Filipina menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah ambles 0,55 persen, diikuti dolar Taiwan yang terkoreksi 0,27 persen.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai faktor domestik juga ikut berperan ke pelemahan rupiah. Menurutnya, pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi sempat menimbulkan penyesuaian ekspektasi pasar.
"Kemudian di sisi lain pun juga kita melihat bahwa kebijakan-kebijakan saat ini pun juga masih belum diterima oleh pasar, apa yang dilakukan oleh Purbaya,” ujar Ibrahim saat dihubungi Suara.com
Dari sisi eksternal, ia memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga 25 basis poin pada Oktober dan total 50 basis poin hingga akhir tahun. Sehingga rupiah masih terus terjadi pelemahan.
Sebelumnya rupiah sempat menguat tipis pada penutupan perdagangan Rabu sore (24/9/2025) menguat tipis sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.684 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.688 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan bahwa penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dan Gubernur Michelle Bowman.
Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp16.426 per Dolar AS, BI Janji Terus Jaga Stabilitas
“Powell menekankan bahwa sinyal pelemahan pasar tenaga kerja AS mendorong the Fed untuk menyeimbangkan kembali prospek risikonya, dan mengafirmasi alasan penurunan suku bunga,” katanya Pardede.
Lebih lanjut, Powell juga mencatat dampak inflasi dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) sejauh ini berada di bawah ekspektasi, sehingga memberikan ruang kebijakan The Fed yang lebih longgar.
Adapun Bowman, memperingatkan para pembuat kebijakan berisiko tertinggal dari kurva. Dia menekankan urgensi penurunan suku bunga lebih awal untuk mendukung pasar tenaga kerja yang melemah.
Melihat sentimen dari dalam negeri, pasar disebut tengah menunggu sinyal prospek kebijakan The Fed.
Selain itu, terdapat kekahwatiran dari para investor atas defisit fiskal yang melebar menyusul pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
“Target defisit direvisi naik menjadi 2,68 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dari 2,48 persen pada pengumuman Agustus 2025, meskipun masih di bawah prospek defisit 2025 sebesar 2,78 persen dari PDB,” ucap Josua.
Berita Terkait
-
Rupiah Terkapar Tak Berdaya Lawan Dolar AS Hari ini ke Level Rp 16.600
-
Rupiah Jebol Rp16.600, Bos BI Turun Tangan Hingga Ungkap 'Jurus' Stabilisasi'
-
Stok BBM di SPBU Swasta Langka, Pakar: Jangan Tambah Kuota Impor, Rupiah Bisa Tertekan
-
Dikhawatirkan Langgar Konstitusi, Pengalihan Dana ke Bank Himbara Lemahkan Rupiah
-
Waspada! Rupiah Besok Diramal Merosot Setelah Reshuffle Kabinet
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
Terkini
-
Stimulus Transportasi Nataru Meledak: Serapan Anggaran Kereta Api Tembus 83% dalam Sepekan!
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Purbaya Sebut Dana Badan Rehabilitasi Bencana Bersumber dari APBN
-
Purbaya Ogah Alihkan Dana MBG demi Atasi Bencana Banjir Sumatra
-
Penggunaan Keuangan Digital Meningkat, Volume Transaksi QRIS Tembus Rp1.092 Triliun
-
Tutup Tahun, 7 Bank RI Tumbang
-
Purbaya Pakai Uang Korupsi Sitaan Kejagung Rp 6,6 Triliun buat Tambal Defisit APBN
-
Industri Pulp & Kertas RI Tembus Ekspor USD 8 Miliar, Kemenperin Bilang Begini
-
OJK Gandeng KSEI Permudah Izin Reksadana, Apa Untungnya?
-
Dari Ibu Rumah Tangga Biasa, Peni Sulap Dusun Terpencil Jadi Pusat Keuangan Berkat AgenBRILink