Sejumlah pakar kebijakan publik menegaskan bahwa sebuah konsep besar bisa menjadi inspirasi, namun juga berpotensi menimbulkan ilusi.
Indonesia masih dihadapkan pada persoalan mendasar seperti praktik korupsi, stagnasi dalam reformasi birokrasi, tarik-menarik kepentingan dalam penyusunan kebijakan, hingga indikasi penyusutan kualitas demokrasi.
Apabila kepemimpinan tidak berintegritas dan birokrasi tidak dikelola dengan kompeten, ide negara kuat yang diusung Sumitronomics justru bisa dipakai untuk menguatkan oligarki, bukan menyejahterakan rakyat.
Kritik lain diarahkan pada industrialisasi dan hilirisasi. Proses tersebut wajib memastikan adanya penciptaan pekerjaan yang layak. Berdasarkan data BPS tahun 2024, sekitar 58% tenaga kerja Indonesia masih berada di sektor informal.
Tanpa jaminan sosial yang memadai, hilirisasi hanya akan memperbesar keuntungan investor, sementara pekerja tetap dalam posisi rentan.
Agenda Mendesak agar Sumitronomics Berpihak pada Rakyat
Agar benar-benar menjadi instrumen pembangunan yang pro-rakyat, ada sejumlah langkah yang dianggap penting untuk segera dilaksanakan:
- Melakukan audit sosial dan fiskal terhadap proyek-proyek strategis nasional, terutama hilirisasi, guna mengukur dampaknya pada pekerja, lingkungan hidup, serta daerah.
- Menyegerakan reformasi birokrasi dan memperkuat kelembagaan agar fungsi negara tidak dikendalikan oleh elit politik maupun jaringan kroni.
- Memulihkan ruang demokrasi partisipatif dengan membuka ruang dialog bersama masyarakat sipil, akademisi, serikat buruh, dan petani dalam menentukan arah pembangunan nasional.
Dengan demikian, Sumitronomics bisa dilihat sebagai kelanjutan warisan pemikiran Prof. Sumitro sekaligus sebagai ujian besar bagi pemerintahan baru. Apakah konsep ini akan menghadirkan pertumbuhan tinggi yang inklusif atau justru terjebak dalam praktik lama, semua bergantung pada kepemimpinan politik.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri
Baca Juga: Titiek Soeharto Angkat Bicara Soal Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode: Ada Apa?
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
Terkini
-
3 Fakta Peretasan UXLINK: Hacker Bikin Rugi Hampir Rp 200 Miliar!
-
Pidato Prabowo di PBB Dianggap Bisa Undang Minat Asing Berinvestasi
-
Industri Logistik Catat Surabaya Jadi 'Jantung' Pengiriman Sparepart di Indonesia
-
Bisnis Berdampak Indonesia Jadi Magnet Baru bagi Investor
-
Pemerintah Ogah Disalahkan Soal Carut-Marut Industri Tekstil
-
Daftar Jurusan untuk Lowongan Kerja BP Tapera 2025
-
Pecah Sertifikat Tanah Bisa Diwakilkan? Ini Syarat dan Biaya Terbarunya
-
Luhut Mengaku Sarankan Menkeu Purbaya untuk Pangkas Cukai Rokok, Potensinya Besar
-
4 Bagian Rumah yang Sering Rusak dan Cara Memperbaikinya, Jaga Hunian Tetap Nyaman
-
Cara Ampuh Mengatasi Tembok Lembap dan Berjamur, Rumah Jadi Bersih Lagi!