Suara.com - Direktorat Intelijen dan Keamanan Kepolisian Daerah Riau menangkap dua warga Kota Dumai karena berupaya untuk bergabung dengan Kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
"Kita dapat informasi dari Satgas Sinombala di sana, ada dua warga Dumai yang tertangkap yang indikasinya akan bergabung dengan kelompok Santoso," kata Direktur Intelijen dan Keamanan Polda Riau, Kombes Pol Djati Wiyoto kepada wartawan di Pekanbaru, Senin (2/5/2016).
Mereka bernama Ovan Fadlan dan Dede Suwaryadi. Keduanya ditangkap saat masih berada di Kota Poso, dan belum sempat bergabung dengan kelompok militan tersebut.
Menurut Djati, terungkapnya dua warga Dumai itu setelah Satgas Operasi Tinombala menangkap Ovan pada Minggu lalu (1/5/2016). Kemudian, dari pengembangan petugas kemudian menangkap Dede.
"Jadi Ovan yang tertangkap terlebih dahulu baru kemudian si Dede," jelasnya.
Setelah mendapat informasi penangkapan tersebut, ia mengatakan pihaknya langsung melakukan penyelidikan. Hasilnya didapat bahwa sepekan sebelum penangkapan tersebut, istri dari Dede diketahui pernah melapor ke Polsek di Dumai bahwa suaminya menghilang.
Dari situ pengembangan terus dilakukan sehingga diketahui sebelum Dede menghilang ternyata yang bersangkutan intens berhubungan dengan Ovan.
Ia menduga bahwa Ovan merupakan orang yang merekrut Dede untuk bergabung dengan kelompok yang saat ini masih diburu oleh petugas gabungan TNI dan Polri tersebut.
"Jadi sebelumnya kita mendapatkan laporan Dede menghilang. Kita telusuri dan kita tanya kepada keluarganya tentang siapa saja teman Dede ini. Dari pihak keluarga menyebut bahwa Dede bergaul dengan Ovan. Sejak berteman dengan Ovan inilah sikap Dede berubah," jelasnya.
Saat ini kedua warga Dumai tersebut masih diperiksa intensif di Poso. Ia mengatakan petugas berupaya mendalami dan membongkar siapa saja yang telah direkrut oleh jaringan ini dari Riau.
Lebih jauh, Djati mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati karena jaringan Santoso terus berusaha merekrut orang-orang baru. Bahkan, Djati menyebut jika prekrutan itu melalui media sosial.
"Ini perlu diwaspadai, kita harus bijak dan hati-hati dalam menggunakan media sosial dan internet. Karena jaringan ini menerapkan pola perekrutan seperti itu," tutupnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional