Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), usai menjenguk artis Julia Perez di RSCM, Jakarta Pusat, Sabtu (22/4/2017). [Suara.com/Puput Pandansari]
Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan sistem e-budgeting dengan menggunakan triple password dibuat untuk mengunci Anggaran Belanja Pendapatan Daerah yang telah disepakati agar tidak diutak-atik oleh orang tak bertanggungjawab. Sistem tersebut, kata Djarot, untuk mencegah anggaran siluman dari program-program yang tidak dibahas bersama legislatif dan eksekutif.
"Supaya nggak gampang diubah-ubah, sehingga tidak ada program-program yang tidak dibahas masuk ke situ, sehingga nggak kebobolan lagi seperti yang lalu-lalu, program nggak jelas masuk," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Rabu (26/4/2017).
Djarot mengatakan sistem tersebut bukan sistem rahasia, melainkan sistem yang tujuannya baik untuk menciptakan transparansi penggunaan anggaran.
"Maka bukan rahasia, Justru itu bukan rahasia, itu transparan cuma tidak bisa dirubah kalau sudah masuk," kata dia.
Djarot mengatakan hanya bagian tertentu yang mengetahui password e-budgeting. Yakni, asisten Satuan Kepala Perangkat Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, gubernur, dan wakil gubernur, sekretaris daerah, serta pimpinan DPRD.
Badan Pemeriksa Keuangan dan KPK serta Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan juga mendapatkan password untuk memonitor transaksi keuangan.
"KPK punya (password), termasuk PPATK akan memonitor transaksi keuangan. Ini kan kerja sama dengan PPATK, untuk pejabat eselon dua dan tiga dan semua pejabat kita kan sudah melaporkan LKHPN," tuturnya.
Meski beberapa pihak di eksekutif dan legislatif memiliki password, mereka tidak bisa mengubah anggaran yang telah dibuat.
Perubahan anggaran harus tetap melalui pembahasan di APBD Perubahan antara eksekutif dan legislatif. Setelah mencapai kesepakatan, kemudian hasilnya dibuatkan berita acara pembahasan sebagai payung hukum perubahan anggaran di dalam e-budgeting yang selanjutnya ditandatangani unsur pimpinan dari eksekutif dan legislatif.
"Nggak bisa dong, makanya password cuma diketahui oleh masing-masing pengguna anggaran, ketika mau dirubah, artinya dikunci di situ. Dengan cara seperti itu, maka APBD Perubahan Jakarta itu fix masuk situ. Kalau mau perubahan, melalui proses lagi pembahasan lagi," kata Djarot.
Ketika ditanya apakah setelah Ahok dan Djarot tak lagi menjadi gubernur, sistem tersebut dihapus?
Djarot menjelaskan sistem e-budgeting tersebut sudah tercantum dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 145 tahun 2013 tentang Penyusunan Rancangan Angggaran Pendapatan Belanja Daerah/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan melalui Electronic Budgeting.
"Kalau itu kan sudah Permendagrinya sudah ada UU-nya pakai e-budgeting. Ya itu kan pergub itu kan operasional dari permendagri. Justru itulah, kita dapat penghargaannya," kata Djarot.
Djarot berharap sistem e-budgeting tidak dihapus pemerintahan yang baru.
"Kalau itu sudah ada UUnya, ada permendagrinya, apa kita balik lagi ke sistem manual. Misalnya kita amankan untuk KJP aman, untuk BPJS kesehatan aman, untuk gaji PHL (Petugas Harian Lepas) aman. Dengan cara seperti itu, biar ada kepastian. Kalau ada yang baru-baru penyempurnaan -penyempurnaan masuk melalui proses, makanya ada namanya APBDP," kata dia.
"Supaya nggak gampang diubah-ubah, sehingga tidak ada program-program yang tidak dibahas masuk ke situ, sehingga nggak kebobolan lagi seperti yang lalu-lalu, program nggak jelas masuk," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Rabu (26/4/2017).
Djarot mengatakan sistem tersebut bukan sistem rahasia, melainkan sistem yang tujuannya baik untuk menciptakan transparansi penggunaan anggaran.
"Maka bukan rahasia, Justru itu bukan rahasia, itu transparan cuma tidak bisa dirubah kalau sudah masuk," kata dia.
Djarot mengatakan hanya bagian tertentu yang mengetahui password e-budgeting. Yakni, asisten Satuan Kepala Perangkat Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, gubernur, dan wakil gubernur, sekretaris daerah, serta pimpinan DPRD.
Badan Pemeriksa Keuangan dan KPK serta Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan juga mendapatkan password untuk memonitor transaksi keuangan.
"KPK punya (password), termasuk PPATK akan memonitor transaksi keuangan. Ini kan kerja sama dengan PPATK, untuk pejabat eselon dua dan tiga dan semua pejabat kita kan sudah melaporkan LKHPN," tuturnya.
Meski beberapa pihak di eksekutif dan legislatif memiliki password, mereka tidak bisa mengubah anggaran yang telah dibuat.
Perubahan anggaran harus tetap melalui pembahasan di APBD Perubahan antara eksekutif dan legislatif. Setelah mencapai kesepakatan, kemudian hasilnya dibuatkan berita acara pembahasan sebagai payung hukum perubahan anggaran di dalam e-budgeting yang selanjutnya ditandatangani unsur pimpinan dari eksekutif dan legislatif.
"Nggak bisa dong, makanya password cuma diketahui oleh masing-masing pengguna anggaran, ketika mau dirubah, artinya dikunci di situ. Dengan cara seperti itu, maka APBD Perubahan Jakarta itu fix masuk situ. Kalau mau perubahan, melalui proses lagi pembahasan lagi," kata Djarot.
Ketika ditanya apakah setelah Ahok dan Djarot tak lagi menjadi gubernur, sistem tersebut dihapus?
Djarot menjelaskan sistem e-budgeting tersebut sudah tercantum dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 145 tahun 2013 tentang Penyusunan Rancangan Angggaran Pendapatan Belanja Daerah/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan melalui Electronic Budgeting.
"Kalau itu kan sudah Permendagrinya sudah ada UU-nya pakai e-budgeting. Ya itu kan pergub itu kan operasional dari permendagri. Justru itulah, kita dapat penghargaannya," kata Djarot.
Djarot berharap sistem e-budgeting tidak dihapus pemerintahan yang baru.
"Kalau itu sudah ada UUnya, ada permendagrinya, apa kita balik lagi ke sistem manual. Misalnya kita amankan untuk KJP aman, untuk BPJS kesehatan aman, untuk gaji PHL (Petugas Harian Lepas) aman. Dengan cara seperti itu, biar ada kepastian. Kalau ada yang baru-baru penyempurnaan -penyempurnaan masuk melalui proses, makanya ada namanya APBDP," kata dia.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
PAD Naik Drastis, Gubernur Pramono Pamer Surplus APBD DKI Tembus Rp14 Triliun
-
Diprotes Dewan, Pramono Bantah Ada Pemangkasan Anggaran Subsidi Pangan di 2026
-
Pemangkasan Anggaran Subsidi Pangan Ditolak 3 Fraksi, Ketua DPRD DKI Tetap Sahkan Raperda APBD 2026
-
PSI Kritik Pemprov DKI Pangkas Subsidi Pangan Rp300 Miliar, Dana Hibah Forkopimda Justru Ditambah
-
Rp14,6 Triliun APBD DKI 'Tidur' di Bank, Anggota DPRD Curiga: Ada Apa?
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional