-
Seorang ibu di Papua menuntut keadilan atas kasus rasisme dan perundungan yang menimpa anaknya di sekolah.
-
Ia meminta para pelaku perundungan dan wali kelas yang dianggap lalai untuk dikeluarkan dari sekolah.
-
Dengan suara lantang, ia menegaskan bahwa anak-anak Papua berhak mendapat perlakuan setara tanpa diskriminasi.
Suara.com - Sebuah pernyataan keras penuh emosi dari seorang ibu di Papua kini menjadi sorotan publik, menyuarakan luka mendalam akibat perlakuan rasisme dan perundungan yang menimpa anaknya di lingkungan sekolah.
Dengan suara bergetar namun tegas, ia menuntut keadilan tidak hanya bagi putrinya, tetapi juga bagi semua anak Papua yang kerap menjadi sasaran diskriminasi.
Dalam video yang beredar luas, ibu yang mengenakan kemeja merah itu menjadi perwakilan suara para orang tua yang telah memendam kekecewaan.
Ia menyampaikan tuntutan yang tidak main-main, para siswa pelaku perundungan harus dikeluarkan dari sekolah dan bahkan dipulangkan ke daerah asalnya.
Tuntutan ini mengindikasikan bahwa pelaku diduga bukan berasal dari lingkungan masyarakat lokal.
"Tuntutan dari kami, kami ingin anak-anak yang sudah mem-bully itu harus dikeluarkan dari sekolah. Bila perlu, dipulangkan saja," ujarnya di hadapan awak media.
Kemarahan orang tua tidak berhenti pada para siswa. Sosok wali kelas juga menjadi sasaran kekecewaan.
Menurut ibu tersebut, wali kelas telah gagal melindungi murid-muridnya dan membiarkan praktik perundungan terjadi. Kekecewaan yang begitu mendalam membuat para orang tua menuntut sanksi serupa bagi sang guru.
"Kami orang tua sangat kecewa dengan wali kelas. Jadi, kalau perlu wali kelasnya juga dipulangkan ke tempat asalnya," tambahnya dengan nada tegas.
Baca Juga: Bullying di SMP Grobogan Berujung Kematian, KPAI: Harus Diproses Hukum Bila Terbukti Ada Kekerasan
Ibu ini menjelaskan bahwa ada empat anak yang menjadi pelaku utama, namun dua diantaranya adalah yang paling vokal dan agresif.
Dampak perundungan ini sangat menghancurkan mental para korban, terutama anak-anak perempuan.
Ia membedakan bagaimana anak laki-laki mungkin memiliki mental yang lebih kuat untuk bertahan, namun bagi putrinya dan siswi lain, serangan verbal dan psikologis itu langsung menusuk ke hati.
"Yang perempuan itu pakai perasaan. Jadi mereka bully anak-anak itu, mereka langsung kena di hati, tidak mau berangkat sekolah," ungkapnya, menggambarkan trauma yang membuat anak-anak enggan kembali ke tempat yang seharusnya aman untuk belajar.
Lebih dari sekadar kasus perundungan biasa, insiden ini berakar pada sentimen rasisme yang menyakitkan.
Inilah yang mendorong sang ibu untuk berbicara lantang di depan umum. Baginya, ini bukan lagi masalah personal, melainkan pertarungan untuk martabat dan harga diri.
Berita Terkait
-
Bullying di SMP Grobogan Berujung Kematian, KPAI: Harus Diproses Hukum Bila Terbukti Ada Kekerasan
-
Viral Tagar Boikot Trans7 di Media Sosial Buntut Tayangan Sisi Gelap Kehidupan Santri
-
Nadya Almira Sekarang Kerja Apa? Kasus Kecelakaan 12 Tahun Lalu Kembali Jadi Perbincangan
-
Percepat Pembangunan Papua, Mendagri Tekankan Pentingnya Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Kepala SMAN 1 Cimarga Tampar Murid Gegara Merokok, Ratusan Siswa Mogok Belajar
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 Oktober 2025, Banjir 16.000 Gems dan Pemain Acak 106-110
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Survei Index Politica: Dapat Nilai 'A', Publik Puas dengan Kinerja Setahun Presiden Prabowo
-
KAI Daop 9 Jember Catat 12 Kasus Vandalisme 'Batu di Atas Rel' Sejak Awal 2025
-
Kasus Kepsek SMAN 1 Cimarga Jadi Alarm Penting, Sekolah Harus Tegakkan Kawasan Tanpa Rokok
-
ICW Sebut MBG 'Pintu Awal Korupsi', Sedot Anggaran Pendidikan dan Untungkan Korporasi
-
Pemulung Temukan 16 Bahan Peledak Aktif di Sungai Curug: Ada Granat Nanas dan TNT!
-
Suhu di Jakarta Sempat Sentuh 35 Derajat, Pramono Anung: Yang Penting Hatinya Nggak Panas
-
Niat Gaya-Gayaan Berujung Petaka! Pria di Jakbar Ditangkap Usai Ketahuan Bawa Senpi Rakitan
-
Kepsek Tegur Siswa Merokok Dipuji Komnas Tembakau: Penting untuk Selamatkan 'Generasi Emas'
-
Rotasi di Kejaksaan Agung, Riono Budisantoso Ditunjuk Sebagai Dirut Jampidsus Gantikan Sutikno
-
Mahfud MD Bongkar Borok Kereta Cepat Whoosh: Duit Lari ke Mana? Natuna Bisa Jadi Taruhan