Prof Sridhar mengatakan WHO bisa meraih popularitas seandainya Dr. Ghebreyesus sejak awal mengutuk China atas kelambatan respons di fase awal wabah. Namun, kata Prof. Sridhar, itu bisa menghalangi respons global terhadap Covid-19.
"Apa yang bisa didapat dari sana? Ia tetap perlu meminta China untuk membagikan data."
Prof Sridhar yakin WHO di belakang layar menekan China untuk lebih berterus terang di masa-masa awal wabah.
"Menurut saya, ada perbedaan besar dalam diplomasi, antara mengerjakan sesuatu di depan umum dengan media – yang terkadang hanya performa saja – dan melakukan sesuatu dengan diam-diam tetapi sungguh-sungguh berhasil mencapai sesuatu."
Apa dampak yang bisa ditimbulkan dari langkah yang diambil Trump?
Amerika Serikat merupakan donor terbesar WHO, organisasi yang dananya mengandalkan kombinasi iuran anggota – tergantung kekayaan dan jumlah penduduk – dan sumbangan sukarela.
Sumbangan sukarela ini merupakan sumber terbesar dari keseluruhan US$2,2 miliar anggaran tahunan WHO.
Tahun lalu, AS memberi lebih dari US$400 juta.
Dr. Jeremy Farrar, Direktur Wellcome Trust, Inggris, mengatakan WHO membutuhkan "lebih banyak sumber daya" untuk mengatasi pandemi.
Baca Juga: Serahkan Seluruh Tabungan ke Kang Emil, Anak Petani: Buat Beli Masker
"Kita sedang menghadapi tantangan terbesar dalam kehidupan kita bersama. Tak ada organisasi lain yang bisa mengerjakan apa yang dikerjakan WHO sekarang ini.
"Ini adalah saatnya solidaritas, bukan perpecahan."
Prof Sridhar mengatakan langkah AS itu bisa merugikan diri mereka sendiri.
"Jika WHO terdampak oleh langkah ini, maka kemampuan mereka dalam merespons Covid-19, juga penyakit lain seperti malaria dan TB ikut terkena akibatnya. Dan kita akan melihat kebangkitan kembali penyakit-penyakit ini yang kita pikir sudah berhasil kita atasi," kata Prof Sridhar menjelaskan.
Berita Terkait
-
The Fed Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya Terhadap Perbankan Indonesia?
-
Gara-gara Ini, Harga Mobil Jepang dan Korsel Naik 15 Persen
-
FBI Gelar Sayembara Tangkap Penembakan Charlie Kirk, Dapat Hadiah Uang Tunai Rp 1,65 Miliar
-
Profil Charlie Kirk, Anak Emas Donald Trump yang Tewas Ditembak Saat Berpidato
-
Charlie Kirk Ditembak Siapa? Tewas saat Pidato di Kampus Utah, Donald Trump Berduka
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO