Suara.com - Pandemi membuat banyak orangkehilangan pekerjaan. Namun bagi mereka yang memiliki disabilitas justru memberikan mereka kesempatan.
Perubahan cara bekerja yang bisa dilakukan di rumah memberi kesempatanwarga difabel untuk bisa mendapat kerja, yang biasanyatidak bisa melakukan sebuah pekerjaan karena ketidakmampuansecara fisik di tempat kerja.
Samantah Spence, 57 tahun, memutuskan untuk kembali bekerja setelah menghabiskan waktu beberapa tahun untuk hidup dengan kondisi kesehatannya yang mengalami 'multiple sclerosis' (MS).
Penyakit 'multiple sclerosis' adalah sklerosis ganda adalah di mana sistem kekebalan tubuh dalam diri seseorang menyerang lapisan lemak yang melindungi serabut saraf.
Mereka mengalami gangguan saraf pada berbagai organ tubuh seperti otak, mata dan tulang belakang, serta pada penglihatan dan gerakan tubuhnya.
Samantha sebelumnya pernah bekerja menjadi manajer toko, desain interiordan perawat di klinik gigi.
Walau sudah memiliki banyak pengalaman dia masih mengalami kesulitan menemukan posisi yang cocok baginya karena harus dilakukan di luar rumahnya.
"Sangat susah sekali di mana hampir tidak ada pekerjaan yang memungkinkan saya bekerja dari rumah," katanya,
Tapi saat pandemi terjadi, dia melihat banyaknya lowongan kerjayang bisa dilakukan dari rumah.
Baca Juga: Viral Terduga Pemerkosa Wanita Difabel di Condet Digerebek Massa, Begini Versi Pak RT
Bulan Februari lalu dia mendapatkan kerjaan paruh waktu dengan sebuah perusahaan hemat energi.
"Saya betul-betul merasa senang," katanya.
"
"Saya merasa memberikan kontribusi, saya merasa saya memberikan sesuatu tidak saja untuk saya sendiri, tapi juga untuk keluarga."
"Ibu dari dua anak yang tinggal di Adelaide, ibu kota Australia Selatan, mengatakan dengan bekerja dari rumah dia bisa mengatur ritme kehidupannya yang diwarnai dengan masalah kejang-kejang, sakit, rasa capek dan kesulitan bergerak karena MS yang dialaminya.
Samantha mengalami rasa sakit di bagian kanan tubuhnya, yang bisa membuatnya tidak bisa bergerak bila tidak memantau dengan saksama apa yang dilakukannya.
"Ketika rasa kesemutan muncul membuat saya akan sulit melakukan pergerakan," katanya.
"Itulah makanya kalau saya harus mengendarai ke tempat kerja, melakukan pekerjaan selama delapan jam sehari, lima hari seminggu, maka semuanya akan sulit dilakukan."
Ruang kerja Samantha di rumahnya yang dibuat dengan bantuan dari The MS Society, berisi satu kursi dengan sandaran punggung, bantal untuk menopang kaki kanannya, dan ruang untuk bisa melakukan peregangan, dan juga cukup ruangan untuk anjing yang membantunya Boston.
"Saya bisa bergerak melakukan latihan fisik tanpa harus khawatir mengganggu orang lain," katanya.
Samantha mengatakan bisa kembali bekerja juga membuat kepercayaan dirinya meningkat.
"Saya tidak merasa tidak berguna, karena sebelumnya saya sudah tidak bekerja begitu lama, dan memiliki otak yang seperti berkabut karena MS, membuat saya berpikir bahwa saya tidak bisa lagi belajar hal baru."
"Namun ternyata saya dengan cepat bisa belajar lagi.
"Kalau saya tidak tahu sesuatu, saya bisa dengan cepat bertanya di Teams kepada yang lain."
Pengajar masalah disabilitas diFlinders University di Adelaide Dr June Alexander mengatakanpandemi menyebabkan banyak dari mereka yang difabel kehilangan pekerjaan di sektor yang memang paling terpengaruh seperti pariwisatadan layanan jasa di industri minuman dan makanan.
Namun pandemi juga membuka kesempatan bagi yang lain.
"Dan itu berkenaan dengan jam kerja yang luwes dan bisa bekerja dari rumah, sehingga ini merupakan hal yang menguntungkan bagi mereka yang difabel," katanya.
Dr Alexander mengatakan mereka yang mengalami masalah kesehatan sering kali mengalami rasa sakit atau kelelahan di jam yang berbeda setiap hari.
"Jadi bisa bekerja dari rumah membuat mereka bisa mengambil waktu istirahat sendiri dan kemudian bekerja lagi, jadi jam kerja yang fleksibel sangat penting bagi mereka," katanya.
Laporan dari tahun 2020 yang dibuat olehAustralian Institute of Health and Welfare menunjukkan ada48 persen mereka yang difabel yang bekerja, sementara yang tidak difabel 80 persen bisa bekerja.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa 93 persen mereka yang difabel yang tidak bekerja akan mengalami kesulitan untuk menemukan pekerjaan.
Dr Alexander mengatakan dia sudah mendengar 'ratusan pengalaman bagus' dari mereka yang difabel 'yang kehidupannya berubah setelah mendapat kerja".
"Dan itulah sebabnya saya bekerja di bidan gin, karena memang bisa mengubah hidup seseorang," katanya.
Dr Alexander mengatakan ada begitu banyak keuntungan bagi seseorang yang bisa bekerja.
"Dalam soal kesehatan mental kita tahu bahwa lebih baik bagi semua orang untuk bekerja, karena meningkatkan kepercayaan diri," katanya.
"Juga jelasmeningkatkan kemampuan kita untuk melakukan kegiatan dan membeli sesuatu yang kita suka, jadipenting sekali untuk memiliki pekerjaan.
"Dalam budaya kita juga, hal pertama yang ditanya kalau kita bertemu orang adalah apa pekerjaan anda?"
"
"Jadi bisa mengatakan apa yang kita lakukan dan bangga dengan hal tersebut, akan sangat berharga bagi mereka yang difabel dan tentu yang lain juga."
"Dengan 'lockdown' di Australia sudah mulai dilonggarkan, banyak yang masih berharap cara kerja fleksibel ini masih akan terus berlanjut.
"Bisa bekerja lagi, saya sangat bersyukur mereka memberi saya kesempatan dan percaya dengan saya," kata Samantha.
"Senang sekali bisa bekerja, bisa merasa berguna lagi."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dariABC News
Berita Terkait
-
Jangan Salah Pilih AC! Pakar Ungkap Kesalahan Fatal yang Bikin Rumah Makin Panas
-
442 Nyawa Melayang: Masalahnya di Cuaca atau Sistem yang Gagal?
-
KPK Sita Senpi dari Kontraktor Proyek Reog, Terkait Korupsi Bupati Sugiri Sancoko?
-
Ulasan Drama China Coroner's Diary: Menegakkan Keadilan Lewat Forensik
-
Media Vietnam Mulai Was-was, Soroti Pemain Keturunan Timnas Indonesia U-22 Jelang SEA Games 2025
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
OJK Selidiki Dugaan Mirae Asset Sekuritas Lenyapkan Dana Nasabah Rp71 Miliar
-
Pasaman: Dari Kota Suci ke Zona Rawan Bencana, Apa Kita Sudah Diperingatkan Sejak Lama?
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
Terkini
-
Pemerintah-DPR Sepakat Pertegas Pencabutan Hak Profesi bagi 'Residivis' di RUU Penyesuaian Pidana
-
IDAI Desak Banjir Sumatera Jadi Bencana Nasional: Anak Paling Rentan Terimbas
-
Darurat Hukum Narkoba! Pemerintah 'Hidupkan' Lagi Pasal Lama, Ini Alasan di Baliknya
-
Tiga Bupati Aceh Kompak Angkat Tangan! Minta Bantuan Provinsi karena Bencana Sudah 'Di Luar Kendali'
-
Kala Hujan Tak Lagi Jadi Berkah, Mengurai Akar Masalah Banjir Sumatra
-
Misteri Kayu Gelondongan Hanyut saat Banjir Sumatera, Mendagri Tito Siapkan Investigasi
-
Ketua MPR: Bencana Sumatera Harus Jadi Pelajaran bagi Pemangku Kebijakan Soal Lingkungan
-
Ngerinya 'Tabrakan' Siklon Senyar dan Koto, Hujan Satu Bulan Tumpah Sehari di Aceh
-
IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas
-
Perempuan yang Dorong Petugas hingga Nyaris Tersambar KRL Ternyata ODGJ