Bisnis / Keuangan
Rabu, 08 Oktober 2025 | 16:19 WIB
Ilustrasi mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS. [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah melemah tipis ke Rp16.573 per Dolar AS pada penutupan 8 Oktober 2025.

  • Pelemahan Rupiah sejalan dengan tren pelemahan mata uang Asia lainnya, kecuali Peso Filipina dan Baht Thailand yang menguat.

  • Penguatan Dolar AS didorong oleh pernyataan hawkish pejabat The Fed, menekan peluang penurunan suku bunga dan melemahkan Rupiah

Suara.com - Nilai tukar Rupiah masih belum menunjukkan penguatan pada penutupan hari ini Rabu (8/10/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.00 WIB, mata uang Rupiah ditutup level Rp 16.573 per Dolar Amerika Serikat.

Adapun, Rupiah melemah 0,07 persen atau turun 12 poin dibanding penutupan hari sebelumnya yang berada di posisi Rp 16.561 per Dolar AS.

Sedangkan, berdasarkan Jisdor Bank Indonesia, Rupiah melemah ditutup secara harian ke Rp 16.606 per dolar AS.

Hal itu juga terjadi pada pergerakan mata uang di Asia cenderung melemah.

Di mana, Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,74 persen.

Ilustrasi Won Korea. [Pixabay]

Selanjutnya, ada Yen Jepang yang terkoreksi 0,44 persen dan Dolar Taiwan yang ditutup ambles 0,24 persen. Disusul, Dolar Singapura tertekan 0,17 persen.

Ringgit Malaysia tergelincir 0,11 persen dan Dolar Hongkong turun 0,006 persen. Lalu Rupee India yang melemah 0,001 persen.

Selain itu, Peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah ditutup melesat 0,29 persen.

Baca Juga: Rupiah Masih Meriang Lawan Dolar Amerika, Sentuh Level Rp 16.617

Diikuti, Baht Thailand yang menguat 0,12 persen terhadap dolar Amerika.

Sebagai informasi, penutupan Rupiah pada perdagangan hari ini melemah dikarenakan indeks Dolar AS yang sedang melanjutkan penguatan.

Hal ini terjadi setelah pernyataan hawkish dari sejumlah pejabat The Federal Reserve (The Fed).

Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid menegaskan bahwa bank sentral masih perlu terus menekan inflasi yang dinilai masih terlalu tinggi.

Sementara itu, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga yang terlalu agresif justru berisiko memicu kembali tekanan inflasi di Amerika Serikat.

Nada hawkish ini membuat pelaku pasar menilai peluang penurunan suku bunga lanjutan di akhir tahun menjadi lebih kecil, sehingga mendorong penguatan Dolar AS yang dapat berimbas pada pelemahan Rupiah.

Load More