Menurut Mukul Garg, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbicara dengan dokter melalui telepon, sedangkan yang lain mengecek kondisi satu sama lainnya melalui pesan WhatsApp setiap hari.
"Kami juga memindahkan lokasi anggota keluarga berdasarkan gejala-gejala yang mereka alami, sehingga dua orang yang mengalami demam tinggi tidak ditempatkan di ruangan yang sama."
Enam dari 11 orang yang terinfeksi mengalami komorbiditas - diabetes, penyakit jantung dan hipertensi - yang tentu membuat mereka lebih rentan.
"Dalam sekejap mata, rumah kami berubah menjadi pusat layanan kesehatan Covid-19 dan kami semua bergantian merawat yang lain," jelas Garg.
Para ahli virologi mengatakan keluarga besar pada dasarnya sama seperti klaster lain, yang membedakan adalah rentang usianya.
"Ketika ada berbagai kelompok umur berbagi tempat yang sama, risikonya tidak merata, kelompok usia tua berada di posisi paling berisiko," terang Dr Partho Sarothi Ray, seorang ahli virologi.
Garg khawatir akan keselamatan kakeknya yang berusia 90 tahun.
Namun virus corona, yang tetap membingungkan para ahli kesehatan di seluruh dunia, juga mengejutkan keluarga Garg.
Mungkin bisa dipahami jika ia dan istrinya yang sama-sama berusia 30-an tahun tidak menunjukkan gejala atau asimtomatik.
Baca Juga: Guru di India Ini Gunakan Gantungan Baju sebagai Tripod, Warganet Terkesan
Tetapi yang membingungkan adalah kakeknya juga asimtomatik.
Dan seorang anggota keluarga yang tidak memiliki komorbiditas atau penyakit penyerta dilarikan ke rumah sakit. Selebihnya menunjukkan gejala-gejala umum Covid-19.
Pada minggu kedua bulan Mei, gejala-gejala itu mulai hilang dan semakin banyak tes menunjukkan hasil negatif sehingga keluarga tersebut lega. Ketika itu juga tante Mukul Garg diizinkan pulang dari rumah sakit setelah dinyatakan negatif.
Mereka merasa bagian yang paling buruk sudah berakhir.
Menjelang akhir bulan Mei atau Garg menyebutnya sebagai "bulan penyakit", hanya tiga orang, termasuk dirinya, yang masih bersatus positif.
Pada tanggal 1 Juni, mereka menjalani tes untuk ketiga kalinya dan hasilnya negatif.
Berita Terkait
-
Ekonomi Negara Lain Mulai Pulih saat Relaksasi Lockdown, Indonesia?
-
Juru Masak Ini Beri Bantuan 2 Juta Paket Makanan, Diklaim Terbesar di Dunia
-
Resmi! Surabaya Raya Masuk Masa Transisi New Normal Wabah Corona
-
Jawa Timur Terbanyak 279 Orang, Ini Rincian Kasus Baru Corona 34 Provinsi
-
Bak Anak Sendiri, Video Suapi Monyet Ini Bikin Publik Senyam-Senyum
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO