Suara.com - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dicecar majelis hakim, lantaran memberi keterangan yang berbeda saat menjadi saksi untuk tiga terdakwa kasus dugaan korupsi proyek KTP elektronik.
Nazaruddin sudah kali ketiga menjadi saksi untuk empat terdakwa yakni Irman, Sugiharto, Andi Agustinus dan kali ini bersaksi untuk terdakwa Setya Novanto.
"Saudara saksi kalau tidak salah pemeriksaan e-KTP sudah tiga kali ya, petama ketik Irman Sugiharto, kedua Andi Agustinus," ujar Hakim Yanto kepada Nazaruddin di persidangan, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Bungur, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Hakim menanyakan kembali pernyataan Nazaruddin, yang menyebut dirinya pernah melihat pembagian uang kepada sejumlah anggota DPR dan anggota Banggar.
Namun, pada sidang kali ini, ia menyebut tidak melihat langsung pembagian uang kepada anggota, melainkan berdasarkan catatan.
"Kalau saya tidak salah, pada saat pemeriksaan Andi, saudara mengatakan bahwa ada pembagian-pembagian duit baik kepada anggota Komisi 2 DPR maupun Banggar DPR yang dilakukan Andi di ruangan Mustokoweni atau ruangan Novanto? Bagaimana?” tanya Hakim.
"Malah sekarang catatannya yang saudara tahu. Pada saat pemeriksaan dahulu, saudara melihat Andi Agustinus bawa duit pakai kardus, sekarang saudara ditanya (berdasarkan) catatannya," kata Hakim lagi.
Menanggapi hal tersebut, Nazaruddin mengakui melihat pembagian uang di ruangan Mustokoweni kepada anggota DPR.
"Kalau yang Mustokoweni, di ruang mas Anas itu ada catatan, ada juga yang pas di ruangan Mustokoweni ada yang menerima uang uang, kebetulan saya pas disitu, ada (yang terima uang)" kata Nazaruddin.
Baca Juga: Ini Deretan Seleb yang Membuat Tato Nama Pasangannya
Hakim terus mencecar Nazaruddin,yang menyebut dugaan sejumlah anggota DPR menerima uang proyek e-KTP.
Pasalnya, sejumlah anggota DPR yang pernah dihadirkan di persidangan telah membantah menerima aliran dana proyek tersebut.
"Karena hampir semua yang saudara sebut menerima duit ini tak ada yang mengakui, misalnya Ganjar. Apa saudara benar-benar tahu? Ini menyangkut nama baik orang, kalau benar tak masalah. Benar tidak, ada pembagian uang? Apa seperti yang dikatakan, atau saudara hanya dari catatan di kertas? " tanya hakim Yanto.
Nazaruddin mengakui sebagian mengetahui pembagian uang berdasarkan catatan dan sebagain melihat langsung. Ia mengklaim melihat langsung pembagian uang kepada politikus PDI Perjuangan yakni Ganjar Pranowo.
"Ada yang di catatan, ada yang melihat langsung. Waktu di ruangan bu Mustokoweni, Pak Ganjar," kata Nazaruddin.
Hakim kembali mengatakan, bahwa pada sidang sebelummya Ganjar membantah tak menerima uang proyek e-KTP.
Dalam persidangan lalu, mantan Ketua Fraksi Demokrat Anas Urbaningrum juga membantah mengenal Andi Agustinus.
"Kemarin Pak Ganjar mati-matian bilang tidak terima, bagaimana? Saudara dengar sendiri ketika saudara Anas yang ketua fraksi saudara dia (Anas) tidak kenal dengan Andi Agustinus," cecar hakim.
Mendengar hal tersebut, Nazaruddin menyebut bahwa di setiap persidangan, Anas tak pernah mengakui. Anas juga membantah dan bersumpah tidak pernah terlibat kasus korupsi wisma atlet.
"Kalau Mas Anas, dari kasus sebelumnya (Kasus korupsi Wisma Atlet), dia mengatakan selalu tidak kenal. Dia juga bilang tidak tahu. Bahkan kalau ada satu rupiah dia terima uang, dia bersumpah dia mau digantung, sekarang sudah diputus (sidang) tapi tidak digantung-gantung," jawab Nazaruddin yang disambut tawa pengunjung persidangan.
Hakim kembali menanyakan pernyataan Nazaruddin.
"Benar itu? " tanya Hakim.
"Benar yang saya sampaikan," kata Nazaruddin.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO